Ceritanya nih pas ngubek-ngubek file lama. saya nemu kisah yang saya tulis menjelang Ramadhan 3 tahun yang lalu. tulisan ini masih wagu bin unyu, tapi anehnya menang lomba menulis kisah persiapan Ramadhan by indscript creative,. hihi. karena momen ini pas mau Ramadhan, saya share aja deh di blog. semoga bermanfaat yaa. cekidot :)
Halaqah Spesial Ramadhan
Materi halaqah beberapa hari yang lalu adalah edisi
spesial menyambut bulan Ramadhan. Berawal dari surat Al Fatihah dilanjut
tilawah bersama, kemudian Mbak Putri selaku murabbi menyampaikan sebuah
renungan yang bersumber dari hadist Rasulullah SAW.
Dari
Salman Ra., beliau berkata, Rasulullah berkhutbah di tengah-tengah kami pada
akhir Sya’ban, Rasulullah bersabda: Hai
manusia, telah menjelang kepada kalian bulan yang sangat agung yang penuh dengan
barokah, yang di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan di
mana yang Allah telah menjadikan puasa di dalamnya sebagai puasa wajib,
qiyamullailnya sunnah, barangsiapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada
Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan amalan wajib
tujuh puluh kali pada bulan lainnya… (HR. Ibnu Hujaimah, beliau berkata:
hadits ini adalah hadits shahih).
Kami, satu
kelompok halaqah yang terdiri dari 3 personil, menyimak untaian hadist tersebut
dalam hening. Tak ada suara sedikitpun di pagi yang cerah itu, kecuali suara
jerit anak-anak kami yang berebut mainan. Burung-burung yang sedari tadi
mencicit riang, mendadak berhenti bernyanyi. Alam seperti terpekur menyimak isi
hadist itu. Semua terkesima. Kami larut dalam pikiran masing-masing. Sudah
siapkah kami menyongsong tamu agung itu? dan menyambutnya dengan sebaik-baik
perjamuan?
Hanya
suara dari hati kecil kami yang bisa menjawab dengan sejujur-jujurnya jawaban.
Mbak Putri
tersenyum lembut melihat keterdiaman kami. Lalu ia mengucap satu kata: Ilmu. “Ilmu
ibarat nur yang menerangi kegelapan. Membiaskan sinar yang menuntun manusia ke
arah cahaya. Kita ini seperti laron-laron yang terbang bergerombol mendekati
sinar lampu. Ya, kita butuh cahaya. Petunjuk. Ibarat musafir, ia membutuhkan
bekal untuk bertahan selama perjalanan”.
“Begitu
pula ilmu tentang persiapan menyambut Ramadhan. Tak hanya sebatas tahu, tetapi
dilakukan dengan langkah nyata dengan meluruskan niat Lillahi ta’ala”.
Kami
mengangguk-angguk dan siap menorehkan kalimat demi kalimat penting di halaman
buku agenda kami. Berharap anak-anak asyik bermain hingga kami, para ibu ini,
bisa berkonsentrasi.
“Pertama adalah
persiapan rukhiyah yang meliputi tazkiyatun nafs. Membersihkan penyakit hati
seperti iri, dengki, hasut, dendam dan sebagainya karena penyakit itulah yang
akan menghambat kelancaran ibadah di bulan suci” jelas mbak Putri ambil menatap
kami satu per satu, kemudian melanjutkan, “ Insya Allah di majelis halaqah ini
tidak ada yang ‘mengidap’ penyakit hati seperti
yang mbak sebutkan tadi, bukan?” tanyanya retoris. “Kalaupun ada,
segeralah bertaubat. Meminta ampunan pada Allah agar dijauhkan dari penyakit
itu”.
“Poin yang
kedua adalah persiapan ilmu yang berkaitan dengan bulan Ramadhan. Misalnya ilmu
yang meliputi amalan-amalan di bulan Ramadhan seperti tata cara puasa yang
benar, keutamaan tadarus Al Quran, shalat tarawih, malam Nuzulul Quran dan
Lailatul Qadar, I’tikaf, Zakat dan sebagainya. Saat ini ilmu dapat dengan mudah
diakses. Mulai mendatangi kajian, mendengarkan ceramah, atau membaca buku. Optimalkan
waktu agar tak sedetikpun berlalu dengan mubadzir. Sampai di sini ada pertanyaan?”
tawar Mbak Putri. “ atau ada yang ingin menambahkan?” tanyanya lagi.
“Mungkin
bagi yang suka berselancar di dunia maya, bisa browsing di internet tentang
ilmu yang berhubungan dengan ibadah di bulan ramadhan. Begitu boleh, kan mbak?”
tanya Vanya, ibu paling muda di antara kami. Wajah polosnya berubah serius.
“Tentu
saja boleh, dik. Asalkan bijak dalam menggunakannya. Tidak berlama-lama
keasyikan on line hingga melupakan prioritas ibadah, apalagi untuk tujuan
maksiat. Naudzubillahi min dzalik” jelas Mbak Putri. Vanya tersenyum puas.
“Persiapan
yang ketiga adalah persiapan jasadiyah atau fisik. Seperti yang kita tahu,
bahwa Allah lebih menyukai hamba-Nya yang kuat daripada yang lemah. Oleh
karenanya marilah kita siapkan kesehatan diri dan keluarga dengan makan makanan
yang halal dan thayyib. Berolah raga meski sebentar, dan konsumsi madu atau
kurma untuk daya tahan tubuh. Apalagi kita sebagai seorang istri dan juga ibu yang
mempunyai tugas berat dalam rumah tangga” urai Mbak Putri.
“ Sorry
for interrupting, mbak!” sebuah suara datang dari Anisa yang lulusan sastra
Inggris. Kami semua tertawa geli mendengar kata-katanya barusan.
“Ya.
Silahkan” lanjut Mbak Putri.
“ Gimana
puasa bagi ibu hamil atau menyusui mbak? Wajibkah? Seperti yang kita tahu kalau
itu akan sangat berat mbak” ujar Anisa ngeles. Maklum ia sedang hamil muda anak
pertama.
“ Seseorang
hendaknya beribadah sesuai dengan kemampuannya. Bahkan tidak boleh mendholimi
diri sendiri. Allah Maha Tahu kadar kemampuan kita. Tapi kita kembalikan ke
niat. Insya Allah ibu hamil atau menyusui bisa tetap berpuasa dengan tetap
mengatur pola makan yang baik dan mengurangi aktivitas yang menguras tenaga. Jangan
khawatir dengan kondisi janin yang ada di dalam kandungan. Allah lah yang
memberi rizki padanya” urai mbak Putri mantap.
Anisa
ber-ooo panjang sambil manggut-manggut.
“Dan yang
terakhir adalah persiapan maliyah atau harta. Harta yang mbak maksud bukan
untuk berfoya-foya untuk memborong banyak makanan atau menumpuk harta, tetapi
harta untuk sedekah, menyantuni anak yatim, menyiapkan ta’jil untuk berbuka
puasa, zakat dan sebagainya, sehingga ibadah puaa ramadhan kita lebih maksimal”.
“Alhamdulillah,
kita semua mendapat ilmu yang sangat bermanfaat hari ini. Semoga Ramadan kali
ini lebih bermakna dan menjadikan kita semua, termasuk umat muslim di seluruh
dunia, hamba Allah yang lebih bertaqwa” tambahku.
“Amin ya
Rabbal alamin” koor kami semua.
“Semoga
kita termasuk hamba_Nya yang beruntung. Yang saling menasehati dalam kebenaran
dan kesabaran hingga Allah menghimpun kita semua dalam kebaikan. Dunia akhirat.
Amin” kata mbak Putri menutup majelis ilmu itu.
Halaqah
hari itu ditutup dengan istighfar, doa penutup majelis dan hamdalah. Kami
pulang dengan hati yang bahagia. Ukhuwah ini begitu indah.