Saya mengenal tentang FLP (Forum Lingkar Pena) tahun 2004 saat awal masuk kuliah. Saat itu saya masih mahasiswa baru yang juga baru menyadari telah salah memilih tempat kos. Kondisi kos saya tidak kondusif. Minim privasi. Desain kamarnya berderet-deret seperti asrama. Tak ada pagar sehingga laki-laki bebas keluar masuk kos. Tak peduli akan etika berkunjung ke kos perempuan apalagi jam malam. Saat itu pula, hanya beberapa perempuan yang berkerudung. Itupun bisa dihitung dengan jari. Rupanya berkerudungpun saat ke kampus saja. Sampai di kos, kerudung ditanggalkan. Berganti pakaian seragam ala anak kos: celana pendek, kaos lengan pendek, atau babydoll. Mereka—termasuk saya—cuek saja ketika ada tamu laki-laki bersliweran. Saya bukannya tidak tahu kalau berjilbab hukumnya wajib bagi perempuan yang sudah baligh, tapi pengaruh lingkungan dan teman lebih mendominasi. Iman perlahan terkikis. Ketaatan memudar tanpa terasa. Hingga alibi inilah yang terlontar dari lisan: toh, masih