Assalamu'alaikum teman-teman,
Menjadi
‘hafidz/hafidzah’ tentu impian dan harapan umat muslim ya. Kalaupun diri sudah
tidak merasa mampu dan efektif untuk menjadi penghafal (mungkin karena faktor U
hehe), tentunya kita berharap bahwa anak kita bisa menjadi hafidz/hafidzah.
Aamiin.
Dalam mewujudkan
impian untuk ‘menjadikan’ anak salih salihah yang tak sekadar hafal qur’an,
tetapi juga memiliki akhlak Al qur’an, artinya sebagai orangtua kita harus
mengupayakan dengan doa dan ikhtiar yang panjang. Sebab tak ada cara instan.
Semua membutuhkan proses. Saya sering menemukan dalam sebuah buku bahwa
pendidikan anak dimulai dari saat pencarian jodoh. Sebab anak berhak untuk
memiliki ayah dan ibu yang solih/ah dan cerdas. Baru setelah menikah dan
terjadi kehamilan, pendidikan selanjutnya adalah di dalam kandungan. Setelah si
bayi lahir, pendidikan itu terus berlangsung hingga meninggal. Never-ending-chain
dalam belajar ya.
Pada suatu
kesempatan, perumahan kami kedatangan tamu yaitu ustadz Irfan Rahman, Lc.
Beliau adalah seorang dai, trainer, dan motivator sekaligus pendiri rumah
tahfidz Al fatihah. Visi dari rumah tahfidz tersebut adalah menjadikan 1
keluarga, 1 penghafal qur’an. Seorang
dai yang berasal dari Dhamasraya, Sumatera Barat ini merupakan lulusan sarjana
di Al Azhar University Mesir.
Pada acara yang
diselenggarakan di mushola Darussalam, Sekargading, dibuka dengan tasmi oleh
ananda ‘Ain Syams--putra ustadz Irfan—yang baru kelas 2 SD tetapi sudah hafal 12
juz. Subhanallah luar biasa sekali. Acara dilanjutkan oleh penampilan anak-anak
rumah tahfidz Al fatihah dengan hafalan surat An Naba beserta gerakannya. Saya
jadi teringat Kaisa, finalis hafidz cilik Indonesia yang tasmi diikuti dengan
gerakan, sehingga audiens ikut berdiri menirukan. Maasyaa Allah.
Seorang bernama
James Minzes yang notabenenya bukan orang Islam, menyatakan bahwa kitab yang
paling banyak dibaca dan dihafal di dunia ini adalah al qur’an. Dan al qur’an
itu mudah dihafal.
Imam Al Qurthubi
menyatakan tiga poin penting yang membuat kita termotivasi dan tertantang untuk
menghafal qur’an, yaitu:
1. Al Qur’an
mudah dihafal
2. Allah akan
membantu mereka yang mau menghafal
3. Allah
menantang mereka yang mau menghafal
Rasulullah SAW bersabda
dalam beberapa hadist tentang keutamaan menghafal al qur’an, seperti hadist
berikut: ‘Dikatakan kepada Shahibul qur’an (di akhirat): bacalah Al Qur’an dan
naiklah ke surga serta tartilkanlah (bacaanmu) sebagaimana engkau tartilkan
sewaktu di dunia. Sesungguhnya kedudukan dan tempat tinggalmu di surge
berdasarkankan akhir ayat yang engkau baca.’ (HR Imam Tirmidzi, Abu Dawud, dari
Abdullah bin Amru bin Ash)
Begitu tinggi
ekspektasi dalam menghafal qur’an namun realita di lapangan, masalah seperti
tak mau enyah. Masalah yang umum dihadapi oleh calon penghafal (yang rata rata
sudah bukan anak-anak lagi) adalah:
1. Susah dan
lambat
2. Mudah hilang
dari ingatan
3. tidak faham (apa yang dihafalkan) sehingga sedikit
memberi efek pada ruhiyah dan akhlak.
4. Membosankan
Berangkat dari
masalah itulah, ustadz Irfan menemukan metode Al Jawarih dalam menghafal
kitabullah. Metode ini menggunakan seluruh potensi manusia yaitu visual
(penglihatan), audio (pendengaran), dan kinestetik (gerakan). Pada umumnya kita
hanya memberdayakan dua cara yaitu audio visual. Kita membaca qur’an, kemudian
diulang-ulang hingga hafal. Setelahnya menyimak murottal dari mp3 hingga
hafalan ‘merasuk’ ke dalam otak kita. Bahkan kita harus berjuang menghafal
sembari mengingat-ingat artinya.
Ustadz Irfan
mengajak audiens flashback ketika kita kecil menghafalkan lagu “Topi Saya
Bundar’” dengan gerakan. Tentu bernyanyi dan bergerak akan lebih mudah, bukan?
Andaikan lagu anak-anak yang lain diiringi dengan gerakan, pasti akan mudah
dihafal dan awet di ingatan.
Nah, metode Al
Jawarih ini diharapkan menjadi metode yang cepat, asyik, dan awet. Cepat dalam
arti cepat untuk dihafal. Asyik karena sesuai dengan fitrah manusia yaitu
bergerak. Serta awet dalam arti hafalan tidak mudah hilang alias tetap nyantol
pada ingatan.
Pada zaman
Rasulullah, ketika al qur’an turun, para sahabat juga menghafal al qur’an
bahkan mengetahui azbabun nuzul (sebab turunnya ayat) sehingga mereka hafal dan
paham detail tentang al qur’an.
Pada
pengaplikasiannya, metode ini bisa ditempuh dengan 7 tahap sebagi berikut:
1. Mata
Yaitu dengan
melihat/membaca Al qur’an, mengamati gerakan bibir guru sehingga makhrojul
hurufnya benar. Serta mencari ‘peta’pada mushaf. Peta yang dimaksud meliputi
letak halaman, letak ayat, bagian kiri/kanan, juz, dsb sehingga disarankan
jangan bergati-ganti mushaf.
2. Telinga
Menyimak dengan
seksama murottal/ suara guru
3. Mulut
Digunakan untuk
membaca dan mengeluarkan suara.
4. Gerakan
Fleksibel sesuai
imajinasi masing-masing. Namun, tidak disarankan untuk mengganti-ganti gerakan
untuk satu kata/istilah agar tidak bingung. hendaknya guru/orangtua tetap
membimbing agar meminimalisir ketidaksinkronan antara ayat yang diucapkan
dengan gerakan yang mewakili artinya.
5. Tafakur
Dalam menghafal
qur’an sangat baik dimulai dari kecil. Saat masa anak-anak, imajinasi (otak
kanan) anak berkembang luar biasa. Sedangkan logika (otak kiri) turun/rendah. Ibarat
komputer, memory anak masih fresh, banyak ruang kosong untuk diisi file-file
baru. Sebaliknya, imajinasi orang dewasa menurun, logika naik. Memory otak
sudah dipenuhi file-file seperti urusan pekerjaan, rumah tangga, finansial,
anak-anak, kemasyarakatan, dsb. Akan tetapi, tidak mustahil bagi orang dewasa
untuk tetap menghafal qur’an dengan doa dan ikhtiar.
6. Tadabbur
Pentingnya
menghafal al qur’an beserta artinya adalah hafalan itu akan masuk ke dalam
memory jangka panjang yang awet karena divisualisasikan dengan gerakan.
Sedangkan jika hafalan masuk ke dalam memory jangka pendek ,hafalan itu akan
cepat hilang. Melalui hafalan ayat beserta maknanya, kita sekaligus
mentadabburi ayat-ayatnya. Ketika menemukan ayat-ayat tentang kabar gembira,
harapan, gambaran surga, dll, hati diliputi rasa senang. Ketika menemukan
ayat-ayat tentang ancaman, adzab, siksa, hari kiamat, dll, hati diliputi
kesedihan dan rasa takut hingga tak jarang yang menangis tersedu-sedu.
7. Ekspresi
wajah (marah, sedih, gemetar)
Dalam menghafal
dengan metode al jawarih, ekspresi wajah sangat penting. Sebab tak semua kata
bisa diwakili dengan gerakan. Ekspresi takut, gemetar, marah, sedih, membuat
proses menghafal semakin mudah. Coba tengok emoticons di sosmed, banyak sekali
kan? J
Yuk, Mulai
berlatih.
Seperti kita
tahu bahwa manusia memiliki 4 gelombang otak yaitu:
Beta 12-25 Hz
Alpha 8-12 Hz
Theta 4-8 Hz
Delta 0.5-4 Hz
Yang ingin
dicapai dalam proses menghafal adalah dalam kondisi alpha. Tingkat konsentrasi
rata-rata manusia pada umumnya adalah 15 menit. Setelah itu perlu ice breaking seperti
menyanyi, yel-yel, tepuk, dan semacamnya.
Tahap menghafal
cepat ala metode Al Jawarih adalah JESI BABAKUN.
JE (guru
menjelaskan tentang ayat yang akan dihafal, kisah dibalik ayat itu, hikmah,
dsb)
SI (murid
menyimak penjelasn guru dengan seksama)
BA (baca bersama
ayat yang hendak dihafal)
BA (Baca di
awang-awang secara berulang)
KUN (kunci
dengan metode al jawarih)
Pada dasarnya,
metode al jawarih adalah pengembangan dari metode talqin plus metode otak kanan
(imajinasi, gerak, ekspresi). Sejarah menyatakan bahwa malaikat Jibril
mengajarkan al quran kepada Rasulullah dengan talqin (dibacakan kemudian
diulang-ulang hingga bisa). Pada proses itu, Rasulullah ingin segera hafal/
menguasai ayat demi ayat. Kemudian Allah ‘menyentil’ dengan turunnya ayat dalam
surat al qiyamah 16-18 yang artinya “Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu
(untuk membaca al qur’an) karena hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya
Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”
Metode itu
sering disebut metode Jibril.
Pastikan bila
ada cita-cita dan proyek tertinggi dalam hidup kita, salah satunya adalah
menjadi penghafal qur’an. Dalam sebuah hadist menyatakan bahwa sesungguhnya
Allah mempunyai keluarga di antara manusia. Para sahabat bertanya “siapakah
mereka ya Rasulullah?”. “para ahlul qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba
pilihan-Nya.” (HR Ibnu Majah)
Semarang, 28 Juli 2017
Komentar
Ka. Ane udah follow blog kaa, follow back dong hehe