Assalamualaikum kawans,
Beberapa minggu
yang lalu saya ikut giveaway yang
diselenggarakan oleh akun instagram @cintaduakodi. Yup akun ini adalah official
account film Bunda, Kisah Cinta Dua Kodi yang dirilis tanggal 8 Februari lalu. Alhamdulillah,
rezeki memang tak kemana. Emak pecinta giveaway ini menjadi satu di antara 15
orang yang mendapatkan 2 tiket nonton gratis untuk dua orang plus gamis dari
Bunda @tikakeke selaku owner dari
Keke Busana. Hepi dong. Secara nggak pernah hoki menangin giveaway berupa pakaian. Seringnya sih buku.
Sebenarnya
saya suka nonton. Tapi kesempatannya yang jarang ada. Harus turun gunung euy.
Ditambah lagi paksuami nggak suka nonton. Jadilah nonton menjadi momen langka
yang setahun sekali pun belum tentu. Hukss.
Setelah hadiah
sampai di rumah, tetap saja kesempatan nonton nggak ada. Pingin ngajak semua
bocah tapi apa ya bisa konsen. Mau ngajak adik tapi jadwal yang belum klop.
Rempong juga punya krucils. Akhirnya tertuda dan tertunda terus hingga film
Bunda udah habis masa tayangnya di bioskop Semarang. Pihak bioskop masih bisa
muterin film Bunda asal itu program nobar alias nonton bareng. Akhirnya tiket
saya hibahkan kepada teman dumay yang tinggal di Jakarta. Di Jakarta, film ini
masih diputar meski jamnya sedikit.
Memang free ticket itu bukan rezeki saya, mau
dipaksakan juga nggak bisa. Sedih dan kecewanya itu yang mendominasi karena
batal nonton. Namun, sore itu saya dapat
wapri dari guru anak saya. Beliau menginfokan kalau ada nobar di Citra 21 hari
ahad tanggal 25 Februari 2018 jam 08.30. Dengan izin paksuami saya daftar untuk
nonton sendirian. Trio Sasya saya titipkan sama abinya di rumah. Eh,
Alhamdulillah ternyata saya masih diberi kesempatan untuk nonton meski
sendirian. Nggak kenal siapa-siapa sama calon penonton yang lain. Nggak
masalah, ntar bisa kenalan juga.
Finally, dengan gedebukan biar bisa ontime, plus area Simpang Lima jalan ditutup sana sini karena car free day, saya berhasil tiba di mall
Ciputra yang saat itu masih sepi. Bahkan escalator masih mogok. Dan…akhirnya
bisa duduk cantik mentengin layar lebar di depan mata. Semoga review ini nggak
terlalu expired.
Sudah deh ya
prolognya yang sepanjang jalan kenangan ini #eh.
Review Film Bunda, Kisah Cinta Dua Kodi
Sebagai
Opening film ini, dikisahkan tentang pertemuan Farid dan Tika di kereta. Tika
yang pingsan, dengan mudahnya disadarkan setelah Farid menekan sebuah rumah
keong di telapak kaki Tika. Farid memberikan cangkang keong itu untuk Tika.
Sebuah pertemuan unik yang mengantarkan mereka dalam episode demi episode
kehidupan selanjutnya.
Dua tahun
pernikahan terlampaui. Seorang bayi bernama Amanda menghias hari-hari Bunda
Tika dan ayah Farid. Tapi, sebuah pengakuan menyakitkan datang dari ayah bahwa
dia harus menuruti perintah ibunya untuk menikah dengan perempuan lain. Bunda
yang kala itu tengah hamil 3 bulan, tidak ridho jika suaminya menikah lagi. Ayah
malah meminta bunda untuk menggugurkan kandungannya. Karena tak terima, bunda menyuruh
ayah pergi dari rumah. Bunda pun berjuang sendirian membesarkan Amanda hingga
Alda lahir.
Ketika Alda
berusia sekitar 3 bulan, ayah kembali. Mengabarkan pada bunda bahwa ibunya
sudah tiada. Ayah meminta maaf atas kesalahannya selama ini dan meminta izin
kepada bunda untuk kembali. Menjadi sebuah keluarga utuh seperti dulu. Masih
ada cinta di hati bunda hingga ia membuka hatinya kembali untuk ayah.
Enam tahun
berlalu hingga anak-anak sudah semakin besar. Ayah, seorang ahli geologi tak
mendapat proyek lagi. Ia pun mengaku memiliki hutang pada rekannya yang cukup
besar. Sementara bunda terlanjur memutuskan untuk resign dari kantor demi memprioritaskan anak-anak. Mengawal impian bunda
untuk memberikan pendidikan terbaik bagi Amanda dan Alda.
Terinspirasi
dari sebuah gambar yang dibuat Amanda, bunda berpikir untuk membuat baju muslim
anak. Mulailah bunda meminta seorang konveksi kenalan ayah untuk menjahitkan 2
kodi gamis anak. Bunda memberdayakan ibu-ibu di sekitar rumah untuk turut
memasarkan produk perdana tersebut. Mereka keluar masuk pasar menawarkan
dagangan bahkan sampai kena tegur satpol PP karena berjualan di dalam kereta. Usut
punya usut, kualitas jahitan tidak bagus. Akhirnya tercetuslah ide untuk memproduksi sendiri.
Usaha makin
berkembang hingga produk Bunda berhasil masuk ke dalam pasar retail. Namun,
semua pencapaian itu tak terlepas dari konflik. Mulai dari tertipu reseller, ayah
yang tanpa sengaja menjatuhkan kain di jalan, hingga hak anak-anak yang terabaikan.
Bunda berpikir bahwa kerja kerasnya adalah untuk keluarga.
Lalu, konflik
semakin meruncing justru ketika bunda mendapat tawaran prospektif dari mantan
bos nya, yaitu undangan untuk mengikuti even bergengsi Jakarta Fashion Week. Karena
tak ingin mengecewakan bu bos, bunda berusaha total dalam mempersiapkan. Urusan
anak-anak sementara dihandel oleh ayah. Tapi alangkah terkejutnya saat mengambil
raport di sekolah, hanya nilai kesenian yang bagus. Lainnya jelek. Bunda pun
marah besar dan meluapkan kemarahan pada ayah sembari mengungkit masa lalu. Mereka
pun bertengkar hebat hingga ayah memilih untuk mengambil proyek yang ditawarkan
padanya. Anak-anak sedih karena ingin bersama ayah. Mereka memilih kabur saat
di berada di stasiun untuk menyusul ayah mereka.
Di proyek,
ayah bertemu dengan Alina, seseorang yang berasal dari masa lalu yang hampir
menikah dengan ayah karena dijodohkan. Tapi mereka sama sama menyadari bahwa
kisah itu sudah selesai. Apalagi sekarang ayah sudah berumah tangga dan punya
dua anak. Amanda dan Alda yang berhasil bertemu ayah, tak mau pulang meski
bunda menjemputnya. Klimaksnya, dengan tegas ayah meminta bunda pergi tanpa
membawa anak-anak.
Kehilangan suami
dan anak-anak, membuat hidup bunda terasa hampa. Ditambah lagi adanaya
keberadaan Alina yang membuatnya cemburu. Bunda nyaris putus asa dan enggan
melanjutkan bisnis yang telah dirintisnya dengan susah payah. Semua terasa
sia-sia. Bunda mulai sadar bahwa apa yang dia perjuangkan takkan ada artinya
tanpa keberadaan keluarga. Ia pun berusaha mengesampingkan ego dan ambisinya
demi keutuhan rumah tangga.
Kisah berakhir
happy ending yang membuat penonton ikut merinding.
Film yang
merupakan adaptasi novel Asma Nadia berjudul ‘Cinta Dua Kodi’ adalah kisah
nyata bunda Tika dalam membangun brand Keke Busana. Film yang dirilis tanggal 8
Februari 2038 lalu merupakan film bergenre drama keluarga yang konfliknya
terasa real dan dekat dengan rumah tangga pada umumnya. Film besutan duo
sutradara Ali Eunoia dan Bobby Prasetyo ini cukup menarik perhatian khalayak
yang seyogyanya menjadikan film tak semata sebagai tontonan tapi juga tuntunan
dan sumber inspirasi. Acting Acha Septriasa sebagai tokoh utama tampak kian
matang. Begitu juga acting Ario Bayu yang pas dengan sosok ayah dengan segala
karakter yang melekat. Film ini juga dimeriahkan oleh aktris senior seperti
Wulan Guritno dan Inggrid Widjanarko.
Sebuah karya
tak luput dari ketidaksempurnaan. Begitu juga dalam film ini. Ada keganjilan
yang menurut saya masih ngganjel
untuk dipertanyakan. Pertama, yaitu diceritakan bahwa bunda dan ayah sedang
terkendala masalah ekonomi. Untuk memesan 2 kodi pakaian itupun uangnya ngepas.
Sedang dalam satu scene, bunda menyanggupi adanya produksi sebanyak 1000 baju
dalam seminggu. Lantas darimana modalnya? Kedua, dalam sebuah scene yang
menampilkan dialog antara ayah dan Alina. Alina menyatakan bahwa bisnis bunda
sudah sukses ditilik dari keaktifannya di sosial media. Sepengetahuan saya,
istilah ‘sosial media’ baru marak setelah adanya facebook, twitter, line, BBM,
dll. Sedangkan sekitar tahun 2005-an ke atas, baru ada Friendster. Hehe. Cmiiw.
Mungkin juga saya akan baca novelnya biar lebih klop.
So, film ini
recommended banget untuk ditonton
bareng keluarga. Bareng pasangan juga boleh banget. Dijamin jadi baper abis. Pengakuan
nih, saya mewek nontonnya. Banyak pelajaran, hikmah, inspirasi yang saya
dapatkan setelah nonton film ini. Bahwa kesulitan, kesempitan, dan kesedihan
kadangkala menjadi anugrah sebab dari situlah muncul kreativitas dan ide-ide. Istilahnya
the power of kepepet. Tetap kekeuh dan pantang menyerah merupakan kunci sebuah
bisnis. Dan yang terpenting, menjadi tangguh dan berdaya asal tidak mengabaikan
keberadaan keluarga. Sebab, adanya ridho suami membuat bisnis lancar dan
berkah. Adanya anak-anak adalah motivasi untuk menjadi bunda hebat yang lebih
baik dari hari ke hari.
Menjadi ibu,
memang harus strong, bukan?!
Komentar