Add caption |
Liburan
memang identik dengan relaksasi, rehat sejenak dari rutinitas, juga aktivitas
jalan-jalan. Dengan traveling, semoga bisa me-refresh jiwa dan badan kita.
Mendapatkan banyak hal, inspirasi, hikmah, dan cerita. Bagi momwriter wannabe
macam saya ini, dapetin ide nulis adalah anugerah tersendiri. Ide itu
expensive, bro! Hihi
Thats
why setelah agenda silaturahim ke rumah kerabat, tetangga, dan handai taulan, kami
sekeluarga besar jalan-jalan ke Jogja. Meski udah sering ke sana (ciee..
seriing), tetapi masih banyak destinasi yang belum kami rambah. Kali ini ingin
ke daerah Gunungkidul yang terkenal dengan pantai-pantainya yang indah, seperti
Indrayanti, Baron, Kukup, Drini, Klayar, Sadranan, dan masih banyak lagi.
Kami
start berangkat dari rumah Ambarawa sekitar jam 6.30 mengambil rute lewat
selatan. Perjalanannya agak santai sih jadi ditempuh sekitar 4 jam lebih dikit.
Mobilnya dinaikin 7 orang dewasa, 5 anak-anak, plus barang-barang yang full di
bagasi. Overload deh, jadi mesti hati-hati pula.
Jalan
berkelok panjang, seperti tak putus-putus. Agak boring sebenarnya karena
melewati ladang dan rumah-rumah penduduk. But, just make it fun aja.
Pantai Sadranan yang memesona
Sampai
di Sadranan, sudah menjelang duhur. Parkirnya agak susah karena harus
masuk-masuk perkampungan. Setelah itu harus jalan kaki sekitar 200 meter untuk
menuju ke pantai melewati kios-kios makanan, toilet umum, dan losmen. Kami
nggak dengar deburan ombak, karena memang ombaknya terhalang karang-karang yang
bertebaran. Jadi ombaknya tidak pecah di bibir pantai sehingga tidak berbahaya
untuk anak-anak. Cuman mesti hati-hati terantuk karang. Cuaca sangat panas saat
kami tiba (mana nggak pakai kacama item plus sunblock hehe). Laut biru
membentang dengan gradasi warna yang indah banget. Pasir putih terhampar.
Pondok-pondok serupa gazebo berderet-deret. Tukang foto langsung jadi
menawarkan jasa, ibu-ibu penjual souvenir berkeliling menjajakan dagangan. Ratusan
manusia memenuhi lokasi pantai dan sekitarnya. Maklum, musim liburan sih ya.
Oh
ya tiket masuk ke pantai cukup terjangkau yaitu 10 ribu per orang dewasa. Kami
malah didiskon jadi 50 ribu doang. Hihi. Alhamdulillah. Kalau mau pinjem alat
snorkeling plus pelampung, tarifnya 50 ribu rupiah. Saya liat banyak juga orang
dewasa dan anak-anak yang mencoba ber-snorkeling ria di kedalaman sepinggang
orang dewasa alias nggak boleh jauh-jauh dari bibir pantai.
Puas
berfoto-foto ria, kami langsung mencari toilet untuk bilas, mandi, dan ganti. Pasir
putihnya nempel dengan setia, bikin geli.
Bye,
Sadranan! We’ll miss u and come someday.
Perjalanan
pulang masih panjang. Alhamdulillah, kami lihat di google map, lalu lintas
lancar. Hanya macet di beberapa titik saja.
Rumah Makan Bu Wiwik yang laziz
abis
Saat
perjalanan pulang, kami belum sempat makan siang. Nengok kanan kiri, rumah
makan masih jarang. Padahal perut udah demo meminta haknya untuk diisi.
Beruntung pas lihat rumah makan dengan arsitektur joglo dengan parkir luas,
juga masjid persis di sebelahnya, saya minta bapak untuk berbelok. Saya pikir,
tempatnya lumayan cocok untuk rombongan kami yang se-RT ini. Hihi. Kursi-kursi
kayu tertata rapi. Beberapa keluarga tampak asyik makan dan ngobrol. Eh ternyata,
kami ditunjukkan tempat lesehan yang terletak di bagian dalam rumah makan. Sebuah
ruangan luas beralas tikar, ada meja panjang, plus kipas angin belum-belum
sudah kerasa nyamannya. Lihat, begitu datang langsung gegoleran. Kayak di rumah
sendiri aja. Wkkk.
Rumah
makan yang terletak di Jalan Baron km 6 Wonosari ini, menyediakan berbagai
masakan tradisional. Ada ayam dan ikan bakar dan goreng, aneka sayur, gudeg,
dan nasi merah. Minumnya juga banyak pilihan seperti aneka jus, es teh, es
jeruk, juga wedang hangat. Pelayanannya lumayan cepat sehingga gejolak lambung
segera teratasi. Hehe. Cita rasanya juga pas di lidah. Harga? Cukup ramah di
kantong mengingat kami memesan banyak menu untuk 12 orang. Recommended deh. Jadi
ingat kata iklan: cinta pada pandangan pertama, selanjutnya...terserah anda. It
means, kesan pertama itu penting banget, apalagi dalam sebuah bisnis. ‘pasar’
itulah yang memutuskan untuk repeat order atau say goodbye.
Setelah
menjamak shalat, kami melanjutkan perjalanan yang masih juga panjang, melebihi
panjangnya ular naga. Sebenarnya, kami melewati banyak lokasi wisata, spot yang
instagrammable untuk taking picture (halah) seperti di bukit bintang yang duhai
pemandangannya. Namun, badan sudah lelah, muka sudah kucel, dan penampilan
sudah acakadut. Yang kami inginkan adalah segera sampai hotel dan mandi di
bawah guyuran shower.
Hotel neo+ awana menjadi pilihan
Jelang
isya, kami sampai di jogja kota. Alhamdulillah beberapa hari sebelumnya sudah
booking tiket (mumpung diskon lumayan hihi). Pilihan kami jatuh di hotel ini
adalah dekat dengan destinasi Gembira Loka dan ada kolam renangnya (kolam
renang dewasa dan anak juga). Maklum para emak dan krucilnya hobi nyemplung di
air. Ada fasilitas spa juga tapi sayang belum jadi nyoba. Ada 296 kamar tamu di
10 lantai. Kami sengaja ambil kamar di lantai 10 biar bisa melihat view keren
dari balik kaca hotel. Di depan area hotel juga berderet rumah makan,
angkringan, minimarket. Ada bentor yang mangkal di area menuju pintu masuk
hotel, jadi bisa keliling sebentar naik bentor.
pemandangan cantik dari lantai 10 |
Hotel
Neo+ awana jogja memberikan servis yang memuaskan. Kamar hotel bersih, tim yang
ramah, dan suasana yang hommy. Hotel ini pas untuk referensi liburan karena
dekat dengan banyak objek wisata seperti alun-alun kidul, istana air tamansari,
De Mata & De Arca 3D museum, kerajinan perak Kotagede, Taman Pintar, dll.
Hotel
Neo+Awana
Jl.
Mayjend Sutoyo no.52 Pojok, Beteng Wetan Yogyakarta 55143
Tlp:
0274 4580111
Website:
ww.neohotels.com
Gembira Loka
Terakhir
kali saya mengunjungi kebun binatang ini adalah saat SD (entah kelas berapa).
Lama banget ya? Yang saya ingat adalah saat itu saya naik gajah. Dah itu doang!
Entah sudah ketimpuk file-file di otak saya, hingga memory indah itu
menghilang. Padahal hampir setiap anak tuh happy kalau diajak ke kebun
binatang. Nggak usah anak, bapak emaknya juga happy. Haha.
Nah, biar para bocil nggak kuper, kami ajaklah ke
Gembira Loka. Biar mereka dapat ilmu, pengalaman, serta punya kenangan manis
selama liburan yang unforgetable dalam hidupnya.
Gembira Loka Zoo terleta di Jl. Kebun Raya no.2
Yogyakarta. Pengunjung bisa masuk lewat pintu timur (Jl. Kebun Raya). Bisa juga
lewat pintu barat (Jln. Veteran). Saat itu kami lewat pintu barat yang
parkirnya tidak terlalu penuh. Tiket masuk ke kebun binatang adalah 40 ribu. Anak
usia di atas 3 tahun dikenai harga tiket penuh. Sebelum masuk, punggung tangan
kami dibubuhkan cap. Anak-anak diberi gelang identitas agar memudahkan bertemu
keluarga seandainya anak terpisah/ hilang.
Kebun binatang yang sudah berusia lebih dari 65 tahun
ini sudah berkembang semakin bagus. Ada berbagai wahana yang bisa dicoba
seperti nineboat, zoo express/ kereta, perahu boat, kapal katamaran, perahu
kayuh, perahu senggol, gajah tunggang, unta tunggang, ATV, sepeda sewa, kolam
tangkap, dan terapi ikan. Lengkap kan ya? Adapula fasilitas gratis yaitu kursi
roda untuk difabel/lansia dan kereta bayi. Heuu gendong anak sambil jalan
memang bikin encok gaes. Haha. Oh ya ada akses wifi juga lho. Menariknya,
karena kami datang pas hari minggu siang, kami bisa menyaksikan presentasi dan
edukasi satwa (sarana pendidikan melalui perilaku satwa). Sebenarnya ada
edukasi gajah tetapi kami sudah ketinggalan. Mau berinteraksi langsung dengan
satwa reptil dan bird park? Bisa banget. Ada juga feeding time satwa yang sudah
tercantum jadwalnya di brosur yang lengkap dan informatif. Brosur diberikan di
loket sebelum masuk, jadi pengunjung bisa jalan-jalan dengan petunjuk peta yang
sangat membantu menemukan lokasi. Berasa kayak Dora The Explorer.
Perut keroncongan? Solusinya datang aja ke Gajah
Resto. Di sana menyajikan masakan khas Indonesia yang yummy. Kalau mau beli
souvenir, masuk aja ke Gerai Zoovenir yang terletak di area pintu keluar timur
dan area pintu keluar Bird Park. Ada boneka berbentuk aneka satwa, stiker, dan
masih banyak lagi.
Ada area baru yang sedang tahap dibangun yaitu
scratch zone alias zona cakar. Sesuai namanya, area ini adalah area khusus
mamalia karnivora seperti singa, harimau, macan dahan, hyena, macan tutul,
beruang madu, dan lainnya. Woo jadi pengen ke sini lagi kalau sudah jadi. Di
dekat zona cakar yang sedang dibangun, kami melihat anak-anak dicat wajahnya
(face painting). Kami nggak mau ketinggalan dong. Apalagi gratis. Lihat para
bocah didandani ala hewan kesukaan mereka, lucu banget mukanya.
Sebelum pulang, anak-anak dan ponakan naik gajah
tunggang. Duo kakak sudah terobsesi ingin naik gajah. Tiket bisa dibeli dengan
harga 35k per orang. Anak di atas 3 tahun sudah dikenai harga penuh. Meski
antreannya mengular, mereka tetap menunggu momen itu. Senangnyaa...
Saran saya, kalau berkunjung ke Gembira Loka,
mending gasik alias agak pagi. Pertama, karena suasana masih sejuk dan nggak
begitu ramai. Kedua, biar bisa eksplorasi seluruh satwa yang ada di sana. Kami
sempat kecewa karena datang sudah duhur. Baru menyisir area barat, tahu-tahu
sudah sore. Kami melewatkan banyak spot seperti gua kuda nil, joglo unta, taman
gua sarpa, taman labirin, museum, silvikultur, aquakultur, peternakan, dan
gardu pandang arboretum seperti yang tertera di brosur. Kalau capek jalan kaki,
bisa keliling dengan kereta yang akan berjalan dan berhenti di tiap terminal
khusus.
Bye, Gembira Loka!
Gembira Loka Zoo
Buka pukul 07.30-17.30
Tlp: 0274-373861, fax 384666
Website: www.gembiralokazoo.com
Berburu Oleh-Oleh
Nggak
afdol rasanya kalau pulang jalan-jalan nggak beli oleh-oleh. Walaupun oleh-oleh
khas Jogja paling tak jauh-jauh dari bakpia dan konco-konconya :geplak aneka
warna, yangko, dll, tapi sekarang ini bakpia sudah mulai banyak variannya.
Nggak cuma rasa kacang ijo, tapi ada ubi ungu, keju, dan masih banyak lagi. oh
ya kebetulan, kami pas parkir di deretan ruko yang dekat dengan oleh-oleh
kekinian a.k.a kue artis. Yup! Jogja scrummy-nya Dude Herlino patut dicoba.
Kami mencoba paduan puff pastry dan brownies rasa cokelat. Selain itu masih ada
rasa keju, srikaya, mangga, karamel, dan talas. Rasanya enak dan nggak eneg. Bisa
dicoba kalau sahabat jalan-jalan ke Jogja.
Komentar