Langsung ke konten utama

Menyerap Ilmu dan Inspirasi dari Oki Setiana Dewi




 Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Apa kabar, kawans? Semoga kita selalu dalam rahmat dan lindungan-Nya. Selalu ditunjukkan pada jalan-jalan kebaikan yang lurus. Aamiin.

Alhamdulillah, pada hari Sabtu tanggal 15 Desember 2018 kemarin, saya diberikan kesempatan untuk datang pada acara tabligh akbar di masjid Muhajirin, Banyumanik. Pembicaranya adalah seorang aktris, penulis, daiyah, dan pengusaha muda yang sukses dan inspiratif. Yup, ustadzah Oki Setiana Dewi yang multi-talented.

Acara ini merupakan rangkaian dakwah OSD di empat kota yaitu Semarang, Salatiga, Yogyakarta, dan Klaten. Acara yang mengambil tema ‘Wanita yang Dirindu Surga’ ini menyedot banyak sekali muslimah untuk hadir. Masjid penuh sesak hingga sampai teras luar dan lantai dua. Audiensnya nggak cuma mbak-mbak, tetapi juga banyak emak-emak yang membawa ‘buntut’. Kesempatan tak datang dua kali, pikir saya. Biar rempong asal tetap semangat mencari ilmu dan membiasakan anak bertemu orang banyak di majelis. Semoga menjadi amal yang diridhoi. Aamiin.
 
pict: Fb Masjid Muhajirin
Btw, siapa saja sih yang masuk kategori hamba-Nya calon penghuni surga?
Dalam qur’an surat Ali Imran: 134, disebutkan 4 golongan yaitu :

  1. Orang yang berinfaq di waktu lapang dan sempit

Dalam kondisi lapang, kita harusnya bisa lebih mudah berinfaq, tetapi tak selalu bisa ya? Apalagi saat sempit. Ibarat tanggal tua, tapi tetap diperintahkan untuk memberi. Berat, tapi di situlah keutamaannya.

Ada sebuah kisah menarik tentang seorang dermawan yang ‘kerjaannya’ keliling tengah malam. Mencari orang-orang yang kelaparan, kekurangan, sakit dsb sehingga dia memberinya sedekah. Dan suatu ketika, dia menemukan seorang wanita yang kelaparan dengan kondisi yang mengibakan, maka diberikanlah makanan untuk wanita tersebut. Kemudian, seorang dermawan itu berlalu dan menemukan seorang lelaki yang terduduk, tampak kepayahan membawa sesuatu. Maka diberikanlah sedekah untuk lelaki malang itu. si dermawan terus berjalan dan menemukan lagi seorang lelaki mabuk yang menggelepar di jalanan. Kondisinya setali tiga uang dengan wanita dan lelaki sebelumnya. Maka, diulurkannya sedekah.

Tak dinanya bahwa wanita dan dua lelaki yang ditolong lelaki dermawan itu adalah seorang pezina, perampok, dan orang kaya yang tengah mabuk. Teman-temannya mencibir bahwa apa yang dilakukan oleh sang dermawan itu sedekah yang salah sasaran. Sedekah yang sia-sia saja. Seharusnya ada banyak pihak yang lebih berhak menerima sedekah sang dermawan itu daripada tiga orang di atas.

Namun, apa yang sesungguhnya terjadi? sang wanita pezina yang sendirian, kelaparan, dan tak seorangpun peduli pada nasibnya, merasa ditolong oleh sang dermawan. Sang lelaki perampok yang menerima ketulusan sedekah dari sang dermawan, terbuka hatinya. Begitu pula orang berharta yang tengah kehilangan kesadaran akibat mabuk itu, juga merasakan sebentuk kepedulian dari sang dermawan. Ia bahkan malu karena selama ini bakhil dalam bersedekah padahal harta melimpah. Ternyata, sedekah yang dimata manusia itu ‘salah sasaran’ menjadi perantara hidayah bagi mereka bertiga. Maka, yakinlah. Kepada siapapun kita berinfaq, tidak ada yang sia-sia. Segala yang kita infaqkan akan bernilai di sisi Allah.



2.    2.   Orang-orang yang menahan amarahnya

Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda bahwa orang yang terkuat bukanlah mereka yang menang adu gulat, tetapi yang bisa menahan diri ketika marah. Ya, amarah ibarat api yang membakar. Memadamkannya dengan air/ berwudhu. Meski pernah saya mencoba, meski wudhunya juga jadi grasa-grusu, nggak bisa khusuk, dan airnya kemana-mana. Hikss. Atau bisa mengubah posisi dari berdiri, lalu duduk. Jika masih marah, maka berbaring. Tarik nafas panjang, iringi istighfar. Semoga saya bisa terus belajar dan belajar tanpa henti. Ya, marahnya harus elegan seperti Rasulullah yaitu diam. 

Diam, ya buk! Nggak ngomel. Simpan dulu 20 ribu kata per hari itu alias tahan. Hikss susah ya. Saya jadi ingat saat sulung saya playgroup dan sedang belajar tentang hadist ‘laa taghdhob walakal Jannah, jangan marah maka bagimu surga’. Hadist yang sedang dihafalnya itu menjadi senjata saat emaknya marah. Hukss. Malu deh. 

Alkisah pernah juga khalifah sekaliber Abu Bakar as Siddiq dilanda marah. Saat itu beliau sedang diolok-olok oleh orang badui. Rasulullah melihat kejadian itu. Abu Bakar diam dan tenang. Olokan itu semakin santer, tetapi Abu Bakar tetap bertahan untuk tidak marah. Lalu olokan semakin menjadi-jadi. Abu Bakar pun terpancing untuk marah. Lantas, Rasulullah pergi menjauh. Abu Bakar segera tanggap dan menyusul Rasulullah, kemudian bertanya “mengapa engkau pergi, wahai Rasul?”
Rasul menjawab, “tadi saat engkau diam dan tenang, malaikat berbondong-bondong turun melingkupimu. Namun, saat engkau terpancing amarah, maka malaikat pun pergi dan digantikan oleh setan. Itu sebabnya aku pergi.”

Ya Allah, andai setan kelihatan kalau kita lagi marah, uggh betapa seremnya dikelilingi setan.
3.   3.   Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain

Dalam interaksi sesama manusia, tentu pernah terjadi gesekan atau masalah. Entah disengaja atau tidak, ada perkataan/perbuatan orang lain yang makjleb di hati. Menyisakan sakit dan luka. Terkadang sampai terlontar dari lisan, “ya aku sih maafin tapi kejadian itu akan membekas selamanya.” Atau “aku memaafkan tapi aku yakin kok bahwa nanti ada balasannya.” Berarti memafkannya belum ikhlas lillahi ta’ala. Memaafkan dengan ikhlas adalah kunci kelapangan hati. Jika berkutat pada dendam, kita sendiri yang akan nyesek dan merugi. Hikss. Belajar lagi saya untuk memaafkan kesalahan seseorang tanpa syarat. Sebagaimana kita ingin diampuni dosa-dosa kita oleh Allah, maka kita berusaha memaafkan siapapun orang yang menyakiti kita. Bismillah semoga Allah mudahkan.

Di suatu forum, Rasulullah pernah menyebutkan bahwa si Fulan adalah ahli surga. Beliau mengatakannya berkali-kali tiap kali si fulan lewat. Hingga salah seorang sahabat merasa sangat penasaran, apa gerangan yang membuatnya menjadi ahli surga. Maka, datanglah  kesempatan bagi sahabat itu menuntaskan rasa penasarannya itu. Sahabat itu mohon izin menginap di rumah si fulan selama 3 hari. Sahabat yang sangat kepo itu ingin melihat amalan spesial apa yang bisa mengantarkannya masuk surga seperti kata Rasul. Hari pertama berlalu. Aktivitas si fulan biasa saja. Shalat fardu berjamaah, bekerja, dan beraktivitas seperti biasa. Hari kedua berlalu, tetap saja sama. Bahkan si Fulan tidak melakukan shalat malam. Di hari 3 adalah kesempatan terakhir sahabat itu untuk mengorek dan mengamati secara detail. Namun, lagi-lagi ia kecewa. Oleh karena itu ketika hendak pamit, sahabat itu berkata sejujurnya bahwa tujuan utama dia menginap adalah untuk mencari tahu amalan khusus apa yang mengantarkannya masuk surga. Si fulan pun menjawab, “setiap malam sebelum tidur, aku selalu memaafkan semua kesalahan saudara-saudaraku. Kuikhlaskan semuanya. Dengan begitu aku bisa beristirahat dengan hati yang lapang dan tanpa beban apapun.”

Ya Allah, makjleb banget pesannya.

4.      4. Orang-orang yang berbuat kebajikan

Dalam islam, setiap kebaikan bernilai sedekah. Mulai dari tersenyum, menampilkan wajah berseri-seri, menyingkirkan batu di jalan, menolong saudara, memberi makan minum hewan, berbuat baik pada tetangga, dan masih banyak lagi. Orang yang senang berbuat baik karena Allah, ibarat berinvestasi pahala yang balasannya bisa disegerakan di dunia dan disimpan di akhirat. Ayat di bawah ini senada dengan ungkapan ‘kita menuai apa yang kita tanam’.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal solih, maka pahalanya untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dosanya untuk dirinya sendiri, dan sekali-kali tidakkah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS. Fushshilat: 46)

Materi di atas mungkin pernah disampaikan di kajian, pernah dibaca di buku, atau di media online. Akan tetapi hari ini saya diingatkan lagi, disentuh lagi, sehingga menjadi lebih bersemangat untuk terus memperbaiki diri. Alhamdulillahi robbil ‘alamiin. 

Sebelum sesi tanya jawab, diadakan lelang buku terbaru OSD yang berjudul ‘Sebentang Kearifan dari Barat’. Buku best seller nasional ini, mengisahkan tentang catatan perjalanan OSD tentang islam di Australia, Jerman, dan Spanyol. Bahkan royalty buku ini disumbangkan untuk pembangunan masjid #ATileforSeville. Sesi lelang buku ini mendapat animo yang luar biasa dari para audiens. Hasil lelang buku dimaksudkan untuk menggalang dana untuk saudara-saudara kita di Palu dan Donggala, insyaa Allah. Seneng banget rasanya mendapat buku yang menjadi whistlist plus tanda tangan penulisnya pula. Alhamdulillah.
 

Setelah sesi tanya jawab yang dilanjutkan doa bersama, maka acara telah paripurna. sungguh pertemuan dengan OSD meninggalkan kesan mendalam yang tak terlupa. Sosok yang memancarkan aura, berilmu luas, bersemangat dalam dakwah, dan cantik pula, mengingatkan saya akan materi kajian yang saya ikuti sebelumnya tentang magnet yang menarik kebaikan-kebaikan. Dan OSD memiliki magnet tersebut. Maasyaa Allah tabarakallah.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

Menghafal Qur’an beserta Artinya dengan Metode Al Jawarih

Assalamu'alaikum teman-teman, Menjadi ‘hafidz/hafidzah’ tentu impian dan harapan umat muslim ya. Kalaupun diri sudah tidak merasa mampu dan efektif untuk menjadi penghafal (mungkin karena faktor U hehe), tentunya kita berharap bahwa anak kita bisa menjadi hafidz/hafidzah. Aamiin. Dalam mewujudkan impian untuk ‘menjadikan’ anak salih salihah yang tak sekadar hafal qur’an, tetapi juga memiliki akhlak Al qur’an, artinya sebagai orangtua kita harus mengupayakan dengan doa dan ikhtiar yang panjang. Sebab tak ada cara instan. Semua membutuhkan proses. Saya sering menemukan dalam sebuah buku bahwa pendidikan anak dimulai dari saat pencarian jodoh. Sebab anak berhak untuk memiliki ayah dan ibu yang solih/ah dan cerdas. Baru setelah menikah dan terjadi kehamilan, pendidikan selanjutnya adalah di dalam kandungan. Setelah si bayi lahir, pendidikan itu terus berlangsung hingga meninggal. Never-ending-chain dalam belajar ya.   anak-anak tahfidz Al fatihah tasmi surat An Naba'