Langsung ke konten utama

Resensi Buku 'Pesan Terakhir Ibu' di Tribun jateng


Judul Buku          : Pesan Terakhir Ibu
Penulis                 : Nidhom Khoeron
Penerbit              : Tinta Medina
Jumlah Hal          : 274 halaman
Cetakan               : Pertama, Oktober 2018
ISBN                      : 978-602-5731-24-2



Menyimak Petuah Ibu Tentang Kehidupan

                Berbicara tentang seorang ibu berarti bicara tentang sosok penting dalam kehidupan anak cucu Adam. Ia lah sosok yang menyimpan janin manusia dalam rahimnya, melahirkannya ke dunia, dan merawatnya dengan segenap kasih sayang. Jasa dan pengorbanannya tak bisa dihitung dan tak terbalas dengan permata semahal apapun di dunia.
 Seorang ibu mencintai anak-anaknya tanpa syarat. Ia tak meminta apa-apa. Melihat anak-anaknya tumbuh dewasa dengan kesalihan, perangai terpuji, dan berbakti, sudah membuat orangtua bahagia. Namun, tak selamanya orangtua bisa berada di sisi sang anak setiap waktu. Suatu ketika, maut memangkas kebersamaan. Entah siapa yang berpulang lebih dulu dalam catatan takdir. Hal itu adalah sebuah keniscayaan yang tak terhindarkan.
Seorang ibu memang sudah mengalami asam garam kehidupan. Sudah sewajarnya ibu memberikan nasihat agar anak-anaknya tidak tersesat atau keluar dari rel yang semestinya. Petuah ibu terkait tentang pentingnya berbakti pada orangtua, menghias diri dengan sifat-sifat terpuji, menjaga hubungan baik dengan tetangga, bagaiamana menjemput jodoh sesuai syariat, adab pergaulan suami istri dalam rumah tangga, serta pentingnya mendidik anak sebagai amanah Yang Maha Kuasa. Petuah yang disampaikan seorang ibu bukan untuk menggurui, tetapi sebagai bekal menjalani kehidupan di masa datang yang semakin keras. Zaman memang terus berubah, tetapi nilai-nilai kebaikan harus tertanam dan menjadi akhlak baik.
“Apabila kita mengerjakan kebaikan, Tuhan akan memberikan segala macam yang baik-baik untuk hidup kita. Kebaikan itu harus dilakukan atas dasar keikhlasan hati, bukan karena pamrih. Sesuatu yang diperbuat berlandaskan pamrih maka tidak akan memberikan kebaikan bagi kita yang melakukannya.” (hal. 78)
                Melalui buku ini, penulis ingin menyampaikan esensi dari bakti kepada orangtua khususnya ibu. Terselip renungan dan motivasi untuk membahagiakan orangtua serta jangan menyakiti hati mereka. Dituturkan dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, buku ini menginspirasi untuk memuliakan sosok mulia bernama ibu, sang pemilik surga di bawah telapak kaki.

 Peresensi: Arinda Sari
*dimuat di Tribun Jateng edisi 2 Desember 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

Menghafal Qur’an beserta Artinya dengan Metode Al Jawarih

Assalamu'alaikum teman-teman, Menjadi ‘hafidz/hafidzah’ tentu impian dan harapan umat muslim ya. Kalaupun diri sudah tidak merasa mampu dan efektif untuk menjadi penghafal (mungkin karena faktor U hehe), tentunya kita berharap bahwa anak kita bisa menjadi hafidz/hafidzah. Aamiin. Dalam mewujudkan impian untuk ‘menjadikan’ anak salih salihah yang tak sekadar hafal qur’an, tetapi juga memiliki akhlak Al qur’an, artinya sebagai orangtua kita harus mengupayakan dengan doa dan ikhtiar yang panjang. Sebab tak ada cara instan. Semua membutuhkan proses. Saya sering menemukan dalam sebuah buku bahwa pendidikan anak dimulai dari saat pencarian jodoh. Sebab anak berhak untuk memiliki ayah dan ibu yang solih/ah dan cerdas. Baru setelah menikah dan terjadi kehamilan, pendidikan selanjutnya adalah di dalam kandungan. Setelah si bayi lahir, pendidikan itu terus berlangsung hingga meninggal. Never-ending-chain dalam belajar ya.   anak-anak tahfidz Al fatihah tasmi surat An Naba'