Judul Buku :
Mengejar-Ngejar Mimpi
Penulis :
Dedi Padiku
Penerbit :
Asma Nadia Publishing House
Jumlah halaman: 324 halaman
Tahun Terbit : Mei 2014
Jungkir
Balik Demi Mimpi
Kisah ini berawal dari impian. Mimpi
seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia
menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan
dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan
kelulusan sekolah.
Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah
padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia
harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan
takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir,
kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas,
ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi
bertahan hidup di Jakarta, pekerjaan yang dicarinya membawanya dalam pengalaman
demi pengalaman tak terlupa. Ia ditawari untuk menjadi gigolo, teroris, dan
mengalami bekerja sebagai kuli bangunan dan pelayan.
Suatu ketika, pintu gerbang impian
menjadi penulis pun terbuka setelah bertemu dengan penulis-penulis produktif
tanah air. Dedi-pun mulai menulis dan mencetak bukunya sendiri. Tak hanya
sampai di situ, Dedi-pun harus memburu seorang penulis senior untuk membantu
mewujudkan mimpinya. Semua terbayar lunas saat buku perdananya terbit.
Membaca novel kocak ini, rasanya
sama seperti membaca catatan harian seseorang. Isinya tentu saja gado-gado: romantis,
lucu, membahagiakan, menyedihkan, mengharukan, dan meletupkan semangat.
Pengalaman nyata yang tertulis dalam buku ini kaya akan pembelajaran hidup.
Bahwasanya kehidupan sejati adalah milik orang-orang yang memperjuangkan
impian, bagaimanapun beratnya. Orientasinya bukan hasil tapi proses. Itulah
sisi menariknya.
Di buku ini, Dedi bercerita dengan
bahasa lugas dan mudah dipahami. Tiap babnya mengandung kejutan yang ujungnya
membuat pembaca penasaran dan tertawa. Meski banyak kisah pahit, namun Dedi
meramu cerita dengan komedi.
Saat membaca novel ini, saya
menemukan alur cerita dan perbendaharaan kata-kata yang mirip dengan novel
Edensor (Buku ketiga tetralogi Laskar Pelangi halaman.39) misalnya: “Kamu
diterima,” singkat sekali wanita itu memberikan jawaban. Sangat praktis, tidak
basa-basi, bahkan aku belum dipersilahkan masuk dan tak ada yang
menyebut-nyebut training (hal.211). Bisa jadi, pengalaman Andrea Hirata dan
Dedi serupa. Novelnya pun sama-sama berdasarkan kisah nyata mereka menggapai
impian.
Novel yang kabarnya akan diangkat ke
layar lebar ini, direkomendasikan bagi anda yang membutuhkan suntikan motivasi,
atau yang ingin menemukan hikmah yang tercecer dari kehidupan.
Semoga novel komedi inspiratif ini
menginspirasi pembaca dimanapun berada. Selamat membaca!
Diresensi oleh:
Arinda Shafa
Komentar