Assalamu’alaikum kawans,
Sudah lama rasanya nggak ikutan
pelatihan menulis. Sudah kangen rasanya ikut kopdar atau bincang seru tentang
dunia literasi. Ngumpul-ngumpul dengan teman seperjuangan dan se-passion, selain silaturahim juga memompa
semangat menulis. Oleh karena itu, ketika ada banner mampir di jendela sosmed,
saya berniat ikutan. Alhamdulillah setelah fix crosscheck jadwal dengan suami, dapat
izin deh. Pas juga saat jadwalnya kami pulang kampung, jadi lokasi pelatihannya
lebih dekat jika berangkat dari Ambarawa.
Pagi itu, tanggal 27 Januari 2019,
saya bareng dek Pricillia berangkat naik motor berdua ke Gedung UPTD Bergas. Di
sana banyak ibu berkumpul di depan pintu gerbang UPDT yang terkunci. Ada
insiden kunci yang membuat kami—terutama Bu Tirta selaku ketua panitia—panik
karena semua peralatan, proyektor, sound system dll sudah ada di dalam gedung. Sempat
terbersit ide untuk melompat pagar segala. Beruntung setelah ditelusuri dan
tanya kesana kemari, ternyata gembok pagar yang nyanthol itu sudah posisi
terbuka, hanya saja tidak katupkan. Oalahh… hihi cerita behind the scene yang tak terlupa.
Ada sekitar 50-an peserta pelatihan yang
siap untuk menyimak materi dari mas Wiwien selaku pemateri. Peserta didominasi oleh
para ibu guru paud/TK yang tampak antusias. Tema yang diangkat sangat menarik
yaitu ‘Belajar Menulis Dongeng Anak Milenial’. Bagi saya, menulis dongeng itu
perlu imajinasi tinggi. Saya sering kesulitan menulis dongeng, termasuk fabel.
Serial fabel saya nggak juga menemukan jodoh penerbit. Hiks. Itu sebabnya saya
tertarik untuk ikutan. Selain itu agar bisa bertemu banyak orang yang ‘se-frekuensi’
untuk menjaga semangat berkarya.
Acara dipandu oleh Bu Tirta Nursari
selaku ketua panitia dan Founder Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Warung Pasinaon.
Saya mengenal beliau sekitar tahun 2012 saat menjadi pemenang favorit lomba
membuat buku sendiri yang diadakan oleh TBM Warung Pasinaon. Selanjutnya hanya
sesekali bertemu, dan alhamdulillah dalam kesempatan ini bisa bertemu beliau
lagi—meskipun beliau pangling sama saya. Hihi. Selama ini kami hanya saling
sapa di dunia maya. Semoga next time bisa main ke wapas lagi. Kangen melihat
buanyak buku dan kangen pula ngobrol dengan beliau. Aamiin.
Ini juga pertama kalinya saya bertemu
dengan Mas Wiwien. Selama ini hanya tahu kiprah beliau yang sudah malang
melintang dalam dunia tulis menulis dan telah menerbitkan banyak buku. Beliau
mulai menulis sejak tahun 1993 sampai sekarang. Seorang mantan wartawan yang
telah memutuskan untuk full time
menjadi penulis. Karya teranyarnya adalah sebuah novel berjudul Elang Menoreh yang terbit tahun 2018
lalu. Tujuh tahun lalu pernah menulis dongeng.
Ngomong-ngomong, dongeng itu apa sih?
Menurut Wikipedia, dongeng merupakan
bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang
penuh khayalan. Sedangkan definisi dongeng dalam bahasa inggris /fairy tales
yang berarti keajaiban, magic, dan memuat makhluk-makhluk non manusia seperti
unicorn, peri, naga dll yang dimulai dalam bentuk cerita pendek, novel, dan
epic.
Sejarah Dongeng
Pencetus dongeng pada awalnya adalah
Madame d’Aulnoy, perempuan berkebangsaan Perancis. Lalu muncul dongeng
internasional yang populer seperti Cinderella dan Hans & Gretel. Sedangkan
dongeng nasional yang sudah familiar seperti Bawang Merah dan Bawang Putih,
Malin Kundang, Legenda Rawa Pening, dan masih banyak lagi.
Dongeng sudah ada sejak 6500 tahun
yang lalu. Tadinya hanya berupa cerita tutur dari mulut ke mulut (word of mouth) yang turun temurun, baru
kemudian dituliskan oleh Hans Christian Andersen dan Wilhelm & Jacob Grim.
Wilhelm & Jacob adalah pakar lingusitik Jerman yang menyelidiki akar bahasa
dalam dongeng dalam bahasa Jerman yang akhirnya menuliskan dongeng.
Sedang dongeng yang beredar sekarang
ini merupakan dongeng kontemporer yaitu mengisahkan hal-hal yang serba
kekinian. Dongeng merupakan bagian dari sastra umum yang ditujukan untuk anak-anak
(children literature).
Dalam menulis dongeng, kita bisa
berkreasi dan berimajinasi dengan berbagai format. Sebagai contoh adalah fabel
atau cerita binatang. Mas Wiwien pernah menuliskan tentang kisah seekor monyet
yang dijauhi oleh teman-temannya lantaran bau. Lalu, si monyet dicemplungkan
oleh burung hantu ke danau sehingga baunya hilang setelah mandi. Pesan moralnya
adalah jangan malas mandi agar tubuhmu tidak bau. Dalam menulis fabel bisa juga
dikolaborasi dengan cerita manusia atau dengan hantu. Tinggal kita bermain
dengan ide ide unik dan kreativitas.
Dongeng untuk membangun karakter anak
Mas Wiwien juga menekankan bahwa
dongeng adalah untuk anak. Untuk membangun karakter positif anak. Bukan anak
yang disuruh tampil mendongeng dengan memakai kostum dan segala macam property,
lalu ditonton oleh orang dewasa. Bahkan kenyataan di lapangan, keberadaan
property dongeng seperti ajang pertaruhan saja. Ada yang mengenakan kostum
mahal dan property sedemikian banyakpadahal esensi mendongeng menekankan pada
permainan ekspresi wajah, vocal, olah tubuh, dan sebagainya. Untuk kedepannya,
baiknya dibalik. Orangtua yang mengikuti lomba dongeng, dan anak-anak menjadi
audiensnya. Untuk melatih kepercayaan diri anak, anak bisa main teater/drama. Hal
ini menjadi peer kita bersama untuk mewujudkannya.
Dongeng dan Frekuensi Gelombang
Otak
Kapan sih saat yang paling tepat
untuk mendongeng? Biasanya kita familiar dengan dongeng sebelum tidur karena
itu momen saat anak merasa rileks, tetap waspada dan mengantuk. Ada 4 jenis
gelombang otak yaitu:
Delta :
0.5-3.5 Hz yaitu kondisi tidur tanpa mimpi
Teta :
3.5-7 Hz yaitu kondisi tidur dengan mimpi
Alfa :
7-13 Hz yaitu kondisi rileks, waspada, dan mengantuk
Beta :
13-25 Hz yaitu kondisi aktif dan sangat waspada
Saat frekuensi alfa, otak merekam setiap
kejadian dengan sangat sempurna kemudian disimpan di alam bawah sadar. Dengan
dongeng, orangtua bisa memasukkan pesan-pesan moral seperti kesetiakawanan, tanggung
jawab, kasih sayang, kebersihan, dan lain lain.
Bu Tirta juga memberi kesempatan pada
saya untuk sharing. Duh padahal nerbitin buku anak juga baru dua biji. Hihi.
Mbak Lissari Anggraeni, seorang psikolog anak juga membagi ilmunya untuk kita
semua. Alhamdulillah.
Saatnya berkreasi dengan dongeng kita sendiri
Kita mengenal beragam dongeng terkenal
dan menarik seperti Peterpan yang berkisah tentang anak yang menolak untuk
menjadi dewasa. Adapula kisah beruang Winnie the Pooh dkk yang kemunculannya
sempat menjadi ikon dunia anak. Adapula dongeng yang difilmkan seperti Lord of
the Rings, Harry Potter dan Narnia (ini dongeng untuk orang dewasa). Kita juga
familiar dengan karya Disney seperti Moana,
Rapunzel, Frozen, dan masih banyak lagi tetapi menurut saya kurang cocok
dengan budaya Indonesia karena ada adegan yang tak pantas ditonton oleh anak.
Nah, kini saatnya kita menulis dongeng versi kita yang Indonesia banget. Sip
kan?
Tips Termudah Menulis Dongeng
1. Mulai menulis dengan outline
sederhana yaitu bagian permulaan, klimaks, dan akhir.
2. Tidak boleh menulis dongeng yang
mengandung kekerasan
3. Jangan ada tokoh yang mati
Last but not least, finally kita
semua praktik menulis dongeng! Seru banget menyimak ide-ide bu guru TK yang
sudah biasa mendongeng untuk siswa siswinya di sekolah. Peer banget buat saya
nih yang belum terealisasi nulis kumpulan fabel. Semoga tahun ini deh. Aamiin.
Well, di penghujung acara kita foto
bareng. Acara ini juga diramaikan oleh stan HNI, bazar buku, snack, dan
minuman. Thanks all untuk segala kebersamaan, ilmu yang bermanfaat, dan
teman-teman baru yang semangat. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain
kesempatan. Aamiin.
Wassalamu’alaikum wr wb
Komentar