Assalamu’alaikum
sahabat,
Alhamdulillahirobbil
‘alamiin, puji syukur hanya tercurah pada-Nya sebab momen itu akhirnya datang
juga. Sudah lama saya nge-fans sama mbak Asma Nadia, tepatnya saat saya SMA
kelas 2. Saat itu, saya mendapat hadiah sebuah novel berjudul Serenade Biru Dinda dari seorang teman. Sebuah
novel yang membuat saya tergugah dan lebih mensyukuri hidup.
Lantas
saya semakin penasaran dengan karya-karya Mbak Asma yang lain. Jadilah saat
mahasiswa, saya berjuang mengumpulkan uang untuk bisa membeli buku baru setiap
minggu. Ada buku Hari-Hari Cinta Tiara (duet
dengan mbak Helvy) yang membuat saya tertampar dan bertekad untuk hijrah
menjadi muslimah yang lebih baik. Ada buku Aku
Ingin Menjadi Istrimu dan Meminang
Bidadari yang membuat baper abis, dan masih ada beberapa judul buku lainnya
yang masih terpajang di rak buku. Sayang, saya kok ya nggak kepikiran untuk
membawa buku-buku lama tersebut untuk sesi book
signing nantinya. Hehe bakal nyodorin banyak kerjaan untuk mbak Asma.
Karya-Karya Mbak Asma memotivasi saya untuk
menulis!
Meski
tertatih. Meski harus memulai dari nol. Meski hanya berbekal komputer jadul
yang ramnya masih 215 MB dan lagi hamil anak kedua pula. Meski lahir dari
jurusan bahasa dan sastra, saya tak lantas mudah menuangkan gagasan dalam
tulisan, sebab menulis itu skill yang diasah terus-menerus. Kata Mbak Asma, menulis
itu berjuang. Baik niat awalnya, maupun prosesnya. Dan buah manis akan dipetik
setelah merasakan beratnya perjuangan. Bismillah. Sampai saat ini Allah izinkan
saya menerbitkan 9 buku (solo dan duet). Belum ada seujung kukunya dari
buku-bukunya mbak Asma.
Pembaca
blog ini paling sudah hafal kalau prolognya lebih panjang dari c*ki – c*ki kan?
Hihi baiklah.
Pucuk
dicinta ulampun tiba. Ya, saat ada teman se-komunitas yang membagikan banner
seminar di grup whatsup, saya langsung daftar. Kapan lagi mbak Asma ke Semarang
kan? Kapan lagi bisa menyerap ilmu dan inspirasi dari beliau? Alhamdulillah
dengan izin Allah, teriring izin suami yang selalu support dan ridho dititipin
3 bocah dirumah, sampailah saya di aula masjid raya Baiturrahman Simpang Lima
ini.
musikalisasi puisi santri |
Acara dimulai
dengan pembukaan, tilawah quran, sambutan ketua panitia, musikalisasi puisi santri
wathonul qur’an yang menyentuh, serta pengenalan komunitas. Ada komunitas
IKAMABA (ikatan pemuda masjid raya baiturrahman), FLP (forum lingkar pena)
Semarang, dan KSM (komunitas Santri menulis). mbak Imroatul Faizah sebagai founder
KSM, penulis buku Ayat Ayat Santri,
serta Pembina ponpes wathonul qur’an juga berbagi motivasi menulis.
Dimoderatori
oleh Mbak Dian Syifaul Husna, acara semakin seru. Mbak Asma turun dari panggung
agar lebih dekat dengan audiens. Beliau mengisahkan tentang masa kecilnya bersama
sang kakak, Mbak Helvy. Minat yang besar pada membaca harus bertepuk sebelah
tangan. Jika ingin membaca, mereka menunggu sang ibu pulang dari pasar. Mereka
membaca potongan koran-koran bekas bungkus bawang. Sering kena usir petugas
persewaan buku karena tidak mampu menyewa. Tidak berani masuk ke toko buku
karena baju terlalu lusuh dan sandal terlalu tipis sehingga takut diusir satpam.
Mereka hanya mengagumi dari kejauhan. Lalu tercetus harapan kuat “suatu hari
nanti, buku kita yang akan dipajang di sana, dik!” malaikat mengamini doa dan
mimpi-mimpi kecil mereka menjadi kenyataan. Maasyaa Allah. Kini sudah ada 56
buku yang Mbak Asma tulis. Kebanyakan best seller bahkan diantaranya diangkat
ke layar lebar. Mbak Asma juga baru saja melaunching Rumah Baca Asma Nadia
cabang ke-57. Rumah baca tersebut merupakan salah satu ‘dendam positif’ akibat
masa kecilnya yang haus buku tetapi tidak tersalurkan.
alhamdulillah dapat doorprize |
Menulis
adalah menorehkan karya. Karya tersebut
merupakan media juang. Mengapa?
1.
Bukan sekadar ide bagus
Ide
bagus memang anugerah. Eksekusinya harus diniatkan dengan ikhtiar berbagi kebaikan
kepada orang lain.
2.
Berawal dari keresahan
Resah
melihat kemaksiatan bertebaran di depan mata. Resah melihat sahabat masih
enggan bejilbab. Resah melihat pelaku pacaran. Resah saat tahu ada orangtua
yang belum juga tergerak melaksanakan shalat dan masih banyak lagi. Keresahan
itu menjadi semangat mengubah diri sendiri dan orang lain untuk menjadi lebih
baik.
3.
Buku sebagai kebutuhan. Bukan hanya hiburan di
waktu luang.
Itulah
resep buku best seller yaitu kita menulis buku yang dibutuhkan orang lain
sehingga membawa pencerahan dan manfaat.
mbak Asma sangat interaktif dengan audiens |
Mengapa Menulis?
1.
Mengabadikan pengalaman
Pengalaman
adalah kekayaan seorang penulis dan menjadi latihan menulis paling mudah. Sebagai
contoh, Joni Ariadinata seorang tukang becak yang merangkap cerpenis hebat.
Tulisannya tentang kaum marginal sangat menyentuh dan original sebab beliau
sudah karib dengan kesulitan, kemiskinan, kepedihan.
Jika
kita ingin menulis berdasarkan pengalaman, saran Mbak Asma, milikilah jurnal
yang mencatat hal-hal yang tersedih, terlucu, tersakit, dan masih banyak lagi
sehingga memudahkan kita meramu tulisan yang menarik. Serial Catatan Hati adalah buku-buku mbak Asma
yang lahir karena curhatan banyak orang tentang kisah nyata hidup mereka. Jadilah
Catatan Hati Seorang Istri, Catatan Hati Seorang Gadis, Catatan Hati
yang Cemburu, dan lain-lain. Saya terkesan saat mbak Asma menceritakan
sebuah kisah nyata seseorang dalam buku Catatan
Hati di Setiap Doaku. Karena kerinduannya terhadap tanah suci tak
terbendung lagi, ia membaca surat al Hajj sebelum tilawah dan berdoa “Ya Allah,
jadikan setiap huruf yang kubaca ini, semakin mendekatkanku ke tanah suci”. Betapa
dalam berdoa pun harus kreatif.
Saya juga sempat menulis 3 buku yang menampung
kisah nyata orang-orang yang ngontrak rumah dalam buku La Tahzan for ‘Kontraktors’. Ada buku Sahkan Aku di Depan Penghulu yang berisikan kisah nyata lika liku
pencarian jodoh. Ada buku Anakku Tabungan
Surgaku yang berisi kisah nyata para orangtua yang kehilangan buah hati
sebelum Ananda baligh (sedang proses terbit). Ketiganya saya tulis duet dengan
teman. Benar, pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain adalah sumber ide dan
inspirasi yang tak bertepi. Afwan numpang promo hihi.
2.
Menyalurkan kegelisahan
Patah
hati dan susah move on? Rugi lah ya. Biar tetap produktif, jadikan karya. Tulisan
tentang patah hati yang ditulis saat sedang patah hati, akan berbeda hasilnya
saat ditulis dalam keadaan tidak sedang patah hati.
3.
Salah satu bentuk ‘demo’ terbaik.
Kita
boleh mengkritik, menyanggah dan mengungkap kebenaran. Senanda dengan ungkapan
‘lawan dengan pena’ kan? Asal tetap ditulis dengan bahasa santun.
4.
Berbagi inspirasi kebaikan
Agaknya
untuk memotivasi diri, hadist ini bisa kita jadikan rujukan “Barangsiapa mengajak
(manusia) kepada petujuk, maka baginya pahala seperti orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa mengajak manusia
kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”
5.
Membangun eksistensi diri
6.
Menulis itu berjuang
sumber: www.dedipadiku.com |
Buku-Buku Mbak Asma, tentang apa saja sih?
1.
Lebih banyak buku tentang cinta terutama untuk
singlelillah hehe. Alasannya adalah masa jomblo /single itu masa produktif. Mereka
bisa melakukan banyak hal dan belajar segala bidang ilmu sebelum ada amanah
baru. Dengan adanya buku yang menggugah dan mencerahkan, mereka bisa
mengoptimalkan masa muda untuk berkarya dan tidak membuang-buang waktu. Contoh:
Jangan jadi Muslimah Nyebelin, Love
Notes, Jilbab Traveler, dll.
2.
Tema-tema pernikahan sebab tidak ada kampus
jurusan pernikahan. Dan pernikahan merupakan ibadah terlama sehingga
membutuhkan banyak bekal. Contoh: Diary Pengantin,
CHSI, jangan Bercerai, Bunda! Dan
lain-lain.
3.
Pengalaman masa lalu yang harusnya menguatkan.
Contoh:
Bidadari untuk Dewa, Cinta Dua Kodi,
Cinta dalam 99 Nama-Mu, Pesantren Impian.
Benang
merah buku-buku mbak Asma membuat pesan bagi perempuan Indonesia agar kuat,
mandiri, dan berdaya. Kedua, menjadikan pasangan sebagai partner sakinah.
Ketiga, motivasi menjadi istri dan ibu yang Tangguh.
buku bertanda tangan penulis |
Dosa
penulis Pemula, Apa Sajakah?
1.
Judul yang kurang menarik
Padahal
yang dilihat pertama kali oleh redaktur adalah judul. Sebagus apapun sebuh
karya, jika memilih judul asal-asalan, yah sayang banget. Ibarat punya anak
cakep tapi ortunya ngasih nama ala kadarnya.
2.
Opening tidak menarik/greget
Letakkan
bagian paling menarik di bagian ini. Sebuah buku/film yang bagus tentu akan
berusaha menggaet hati redaktur/pembaca/penonton dengan menampilkan sisi paling
menarik di depan. Kalau tidak, pembaca sudah kehilangan selera untuk
melanjutkan. Ingat slogan iklan: kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya
terserah anda (eh ini yang generasi milenial pasti tahu wkkk)
3.
Tidak fokus pada cerita
Sebagai
contoh cerita tentang gadis overweight bernama Imut. Dia malu, stress, dan
nggak pede karena berat badannya. Ia berjuang untuk menurunkan berat badannya.
So, fokuslah pada perjuangan seperti diet, olahraga, dll, jangan melebar
kemana-mana. Kalau novel, bisa lebih benyak membahas hal yang lebih kompleks,
tetapi muaranya pada benang merah/premis yang kita canangkan sebelumnya.
4.
Bertele-tele
Hadirkan
karakter yang memang perlu untuk mendukung konflik cerita. Bukan asal tempelan.
5.
Konflik tidak kuat
Kekuatan
karya fiksi adalah konflik. Semakin pelik konflik, pembaca semakin tertantang
untuk terus membaca sampai akhir. Sedangkan karya nonfiksi harus kuat di
gagasan. Apa yang ingin diperjuangkan oleh penulis dalam karyanya. Oleh
karenanya, riset hukumnya wajib. Salah satu alasan sebuah produser tertarik
mengadaptasi menjadi novel menjadi film, salah satunya ya karena konflik yang
kuat. Padahal biaya produksi pembuatan film itu milyaran.
6.
Pesan verbal.
Pembaca
ingin mendapat hiburan/motivasi/pencerahan lewat sebuah buku tanpa harus merasa
diceramahi.
7.
Ending tidak menarik/nampol
Kunci
pembaca dengan ending yang kuat/greget/ mengejutkan sehingga kesan membekas
dalam ingatan pembaca.
buku buku Mbak Asma yang masih saya simpan. |
Bagaimana memulai?
1.
Baca. Baca. Baca
Gilalah
membaca buku. Kekayaan penulis adalah dari buku-buku yang ia baca. Pelajari
banyak gaya penulis dalam meramu tulisannya dari awal sampai akhir.
2.
Tulis. Tulis. Tulis.
Menulis
adalah output dari aktivitas membaca. Membaca dan menulis adalah paket lengkap
yang tak terpisahkan. Setelah mendapat banyak modal dari membaca, maka tuangkan
dalam tulisan. Semakin banyak berlatih, kita akan menemukan gaya menulis kita
sendiri yang orisinil, yang tidak akan sama dengan gaya penulis lain.
3.
Punya target untuk menyelesaikan tulisan.
Jangan
menulis belum selesai, sudah pindah ke tulisan lain.
4.
Temukan waktu khusus untuk menulis dimana kita
merasa nyaman.
Misal:
sebelum subuh. Atau sebelum tidur. Atau saat anak-anak sekolah, dll
5.
Kenali cara menulis kita
Misal
harus sunyi tanpa gangguan, sambil ngopi, ngemil, dll.
6.
Hukum diri jika tidak sesuai target
7.
Gabung dengan komunitas penulis
Eh, menulis itu adalah profesi yang pas banget. Mahasiswa, bapak-bapak,
ibu rumah tangga juga bisa asal ada kemauan dan usaha. Fleksibel. Bisa
dilakukan dimana aja dan kapan saja. Emak-emak macam saya nulis juga cuma
dasteran, sambil nunggu mesin cuci muter, bahkan sambil ngeloni bayi juga wkkk.
berhasil fotbar di tengah kerumunan hihi |
Menjadi bagian pejuang seni dan
budaya
kita bisa
menyebarkan kebaikan lewat sosial media. Berdakwah (menyeru) dengan cara:
1.
Aktif menjadi cyber troops untuk proyek positif
via sosmed (misalnya buku/lagu/film religi)
2.
Niatkan sedekah saat kita posting foto, video,
status di sosmed
3.
Kalau habis membaca buku/nonton film religi
bagus, tulis reviewnya agar netizen tergerak untuk mengikuti.
4.
Jika rilis music islami, beli CD aslinya.
5.
Jika rilis buku-buku islami, beli buku yang
asli, please. Stop beli buku bajakan. Meski murah, tetapi tidak berkah karena
ada hak-hak orang lain yang dirampas. Dan tentu melanggar hukum.
6.
Jika ada film islami, usahakan nonton di hari
pertama tayang. Jumlah penonton di hari pertama sangat menentukan penambahan
layar di hari-hari berikutnya.
7.
Apresiasi yang baik. Kritisi yang buruk.
8.
Jangan meruntuhkan proyek baik. Jika menemukan semacam
kejanggalan, tabayun dulu sebelum menyebarluaskan informasi.
Nggak terasa sudah dua jam lebih kebersamaan dengan mbak Asma. Di akhir
sesi, mbak Asma berpesan bahwa jangan pernah menulis sesuatu yang membuatmu
menyesal, karena menulis itu abadi.
Terima kasih mbak Asma, saya semakin terbakar untuk menulis lagi. No
excuse!
Assalamu’alaikum wr wb
Komentar