9
Jurus jitu mengendalikan hawa nafsu dan membuat puasa semakin bermakna
Ilustrasi.
Suatu pagi di teras masjid sekolah. Pada jam istirahat
pertama, Doni, Nafis, dan Aga usai menjalankan shalat dhuha. Mereka tengah
berkumpul membicarakan agenda-agenda rohis, ketika Aisya dkk, melintas. Doni
menatap mereka beberapa detik.
“Ehem, ghadhul
bashar, Bro!” Aga mengingatkan.
“Inget, lagi puasa, lho!” timpal Nafis.
“Mereka manis-manis sih. Hihi. Kenapa ya kalau lagi
puasa gini godaannya malah makin berat,” keluh Dony sambil menggaruk-garuk
kepala.
“Puasa ibarat benteng pertahanan. Semakin kokoh
benteng kita, maka syetan juga makin gencar melemahkan, dengan seribu satu
cara.” Aga bersuara lagi.
“Iya, lewat kanan, kiri, depan, belakang. Nyebelin
banget kan?” Nafis bergidik.
“Lho, kan syetan dibelenggu pas Ramadhan
kayak gini,” protes Dony.
“Berarti itu hawa nafsu, dong!” Aga dan Nafis menjawab
kompak dan geli.
“Kalian tahu nggak caranya, biar remaja ababil kayak
aku ini bisa mengendalikan hawa nafsu pas lihat yang indah-indah?” tanya Doni
mendadak kepo.
“Itu dia tema yang mau kita angkat di kajian pekan
depan!” pekik Aga.
“Ide bagus
tuh!” Dony dan Nafis sependapat.
Mereka bertiga asyik mengolah ide dan membuat
perencanaan, hingga bel masuk berdering. Mereka juga nggak ngeh saat Aisya dkk
telah menghilang dari masjid.
Nah, sobat muslim. Kita sudah masuk bulan sya’ban nih.
Sudahkah kita mempersiapkan jiwa, raga, dan ruhiyah? Memulai Ramadhan perdana dengan pekik bahagia, “Marhaban Yaa Ramadhan”.
Ya Allah,
berkahilah kami pada bulan Rajab dan Syakban dan sampaikanlah kami pada bulan
Ramadhan…
Para Nabi dan salafushalih telah mempersiapkan kedatangan Ramadhan sejak 6 bulan
sebelumnya. Keren banget ya. Mereka memperkuat intensitas ibadah, membersihkan
hati dan jiwa, senantiasa mendekatkan diri pada-Nya, bahkan memohon
dipanjangkan umurnya agar bertemu Ramadhan kembali. Subhanallah.
Ramadhan memang bulan
istimewa dimana pada bulan tersebut Al Qur’an diturunkan, disediakan-Nya malam
Lailatul Qodar, syaitan dibelenggu, pintu neraka ditutup, pintu surga dibuka lebar,
siksa kubur dibebaskan, dan pahala dilipatgandakan. Rasulullah bersabda,”
Barangsiapa berbahagia atas datangnya Ramadhan, maka diharamkan jasadnya
menyentuh api neraka.”
Nah, betapa cintanya
Allah pada hamba-Nya. Kita berbahagia saja, sudah diharamkan api neraka,
apalagi kalau kita fokus beramal salih di bulan ini? Tak terbayangkan kan
pahala yang akan kita raup? Kita boleh banyak beramal, asal diistiqomahkan
untuk seterusnya. Tidak hanya saat Ramadhan saja karena sesungguhnya amalan
yang dicintai Allah adalah sedikit tetapi terus menerus (istimror).
Sobat muslim, berkenaan
dengan ibadah puasa, ada hal-hal yang harus diperhatikan agar target puasa kita
tercapai. Adapun sebuah amalan memenuhi syarat disebut ibadah adalah jika
memenuhi 4 syarat sebagai berikut: merupakan perintah Allah, dilakukan dengan
tata cara yang benar, disempurnakan, dan dilakukan terus-menerus. Susah bukan?
Sebab pada kenyataan di lapangan, kita seringkali dibenturkan oleh
godaan-godaan, baik eksternal maupun internal. Syaitan memang telah dibelenggu,
dan kini musuh yang nyata yang harus dilawan dan dikendalikan adalah hawa
nafsu. Allah berfirman,”Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang
mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim.” (Al
Qashshas:50)
Seperti ilustrasi di
atas, bahwa ketertarikan kepada lawan jenis, godaan, dan pernak-pernik
pergaulan merupakan sunatullah. Hal
itu adalah bagian dari fitrah manusia yang mempunyai hati, indera, dan pikiran.
Saat baligh, secara alamiah hormon-hormon mulai bekerja sehingga terjadi
perubahan fisik dan psikis. Jiwa menjadi sensitif dan cenderung labil, hati
bergejolak, serta emosi negatif tak terbendung. Maka, dengan berpuasa, sesungguhnya
Allah membimbing kita untuk mengendalikan diri agar segala perilaku kita lebih
terkontrol.
Berikut ini adalah
jurus-jurus untuk mengendalikan hawa nafsu dan insya Allah untuk membuat puasa
kita menjadi lebih bermakna. Check it out
yaa!
sumber gambar: www.himpunkartun.blogspot.com |
1.
Jaga
Pandangan alias ghadhul bashar
Mata adalah indera luar biasa yang diciptakan oleh Allah.
Itu sebabnya harus kita jaga amanah itu dengan baik.
Sinta Yudisia dalam Kitab
Cinta dan Patah Hati, mengemukakan bahwa kinerja mata hingga dipersepsi
otak melewati jalur ini: Input dari mata kanan menuju retina mata sebelah kiri,
menuju belahan otak sebelah kiri, dan berlaku sebaliknya. Serat saraf dari
masing-masing mata bertemu di satu titik optic
chiasm, melintas berseberangan dari jalur semula menuju thalamus dan visual cortex. Misal melihat gadis manis, mata akan memasukkan input
informasi seketika. Dalam sepersekian detik, sinyal itu sampai di thalamus dan visual cortex. Apakah input ini akan diseleksi untuk mengalihkan
pandangan atau tidak. Itulah proses seleksi (hal.85)
That’s why Allah memerintahkan kepada kita untuk menjaga pandangan.
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman. Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An
Nuur:30)
Mata adalah jendela hati dan cerminan jiwa. Jangan
mengumbar pandangan sebab dengan adanya kontak mata, membuat hati berdesir
hingga hati sibuk menindaklanjuti konsekuensi dari pandangan itu. Jika
terlanjur menumbukkan pandangan pada objek yang menarik dan berpotensi untuk
tergoda bahkan membatalkan puasa, maka segeralah memalingkan pandangan, jangan
malah diterus-terusin, hehe.
Rasulullah Saw pernah menegur Ali Ra, “Janganlah engkau
arahkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram) dengan pandangan lain,
karena pandangan pertama itu halal bagimu, tapi tidak yang kedua.”
Dengerin deh lirik lagu ini:
Tatap matamu bagai busur panah
Yang kau lepaskan ke jantung hatiku
Hii, serem ya. Mending kabur deh. Jangan sampai puasa
kita sia-sia karena kelalaian menjaga lensa terindah amanah Allah ini ya.
2.
Tidak
ikhtilath dan khalwat dengan lawan jenis
Begitu sayangnya Allah pada manusia, sehingga aturan-Nya
adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri dan untuk kemaslahatan bersama.
Degradasi moral dan ketidakteraturan sosial pun bisa dihapus, setahap demi
setahap.
Tidak hanya pada saat Ramadhan. Saat hari-hari lain pun
jauhilah ikhtilath (campur baur
antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim) serta berkhalwat (berdua-dua antara laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrim). Ikhtilath dan khalwat ibarat pintu gerbang syaitan
untuk menggoda lawan jenis (yang awalnya hanya ngobrol ringan, lama kelamaan
terbiasa, lalu lebih berani untuk melanggar batasan pergaulan) hingga mendekati
pintu-pintu zina.
Dengan tegas Rasulullah bersabda,” Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki sendirian dengan
seorang wanita yang tidak disertai mahramnya, karena sesungguhnya yang
ketiganya adalah syaitan.” (HR Muslim)
Jika puasa adalah benteng kokoh, maka janganlah kita
robohkan benteng itu dengan melakukan aktivitas yang mendekati zina tersebut.
Puasa seyogyanya menjadi perisai diri. Malu jika melakukan kemaksiatan baik
terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Malu berbuat dosa. Merasa selalu dalam
pengawasan Allah dan malaikat yang merekam semua tindak-tanduk kita tanpa
terlewat sedikitpun. Berjuang sekuat tenaga agar amalan kita berkualitas di
hadapan-Nya, serta mendapatkan pahala besar yang telah dijanjikan-Nya.
Dalam konteks ini, hindari pula sentuhan kulit dengan
lawan jenis termasuk berjabat tangan dengan non-mahram. Seperti tanaman putri
malu, kulit kita sangat sensitif terhadap sentuhan lho. Sengaja atau nggak
sengaja, sentuhan dengan lawan jenis bisa menimbulkan sensasi yang dahsyat dan unforgettable. Sayangnya, bisa
menjerumuskan pada dosa. Hiks.
3.
Menyibukkan
diri dengan ibadah wajib dan menghidupkan sunnah
Ramadhan menjadi momentum paling tepat untuk fastabiqul khoirot—berlomba-lomba dalam
kebaikan. Sebab waktu hidup di dunia sesingkat musafir yang duduk beristirahat
sejenak, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Teruslah bergerak, jangan
berhenti, apalagi cuma bermalas-malasan. Ibnu Qoyim Al-Jauziah memberi nasihat,
“Sibukkan dirimu dengan kebaikan, jika tidak kamu akan disibukkan dengan
keburukan.”
Nasihat bijak Dr. Aidh Al-Qarni dalam Jangan Bimbang! Berpesan bila kita
menyibukkan diri dengan suatu aktivitas yang berguna, syaraf-syaraf kita akan
terasa nyaman, jiwa kita merasa tenang, dan kedamaian akan senantiasa meliputi
diri kita. (hal. 88). Memang ada kalanya, saat berpuasa fisik kita lemas. Istirahatlah
sebentar. Tidurlah sejenak untuk men-charge
energi karena tidurpun berpahala saat Ramadhan. Hindarilah bersantai ria,
nongkrong, nonton tv seharian dan hal-hal yang tidak bermanfaat lainnya. Rugi
dong kalau menyia-nyiakan kesempatan emas Ramadhan.
Kalimat inspiratif Umar bin Khaththab ini yang membuat
semangat melejit. “Satu hari yang kusesali. Hari yang panas tanpa kesejukan
puasa dan malam yang dingin tanpa kehangatan qiyamullail.”
So, saat berpuasa, maksimalkan waktu, potensi, dan energi
kita untuk beribadah maghdoh. Pun
menjalankan tugas-tugas seperti menuntut ilmu, silaturahim, dan berbuat
kebaikan. Penting pula untuk memahami ilu tentang fiqh ibadah dan
mengaplikasikannya dalam keseharian. Agar jiwa menjadi hidup, hati menjadi
tenang, dan pahala bertambah, maka tambahlah dengan ibadah sunnah, seperti
tarawih, qiyamulail, shalat dhuha, bersedekah setiap hari, menolong orang lain,
dan sebagainya.
Menurut riwayat, Rasulullah yag sudah ma’sum pun masih
beristighfar 100x sehari, shalat malam hingga kakinya bengkak, menyantuni fakir
miskin dan para janda, dan berdakwah tanpa henti.
Benarlah kata-kata agung Imam Asy Syafi’i: Pahalamu
adalah sesuai kadar lelahmu.
So, bagaimana dengan kita? Yuk kita bergerak bersama!
4.
Menjaga
hati dan tidak memperpanjang angan-angan
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati lentera hidup ini
Familiar kan dengan lirik Nasyid di atas? Yup, penting
banget bagi kita untuk menjaga hati, guys.
Kebayang kalau hati kita pas keruh bagai air empang, hehe. Bawaannya juga nggak
semangat, marah, badmood, dan enggan
berorientasi pada kebaikan kan?
Pernah dengar istilah zina hati? Zina hati bisa
menginfeksi seseorang. Salah satunya karena memperpanjang angan-angan.
Membayangkan sesuatu yang indah-indah bersama someone special, lalu tercetus, “Ah, andaikan aku dan dia... bla..
bla..bla..”. sebelum keterusan, stop
sampai di sini deh. Coba simak hadist di bawah ini.
“Kedudukan syaitan dalam diri seorang pria itu ada di 3
tempat: dalam pandangannya, hatinya, dan ingatannya. Kedudukan syaitan dalam
diri seorang wanita juga ada 3: dalam lirikan matanya, hatinya, dan
kelemahannya.” (HR Ibnu Abbas ra)
Tuh kan urusan hati tetap mendominasi, baik pada
laki-laki ataupun wanita. Kalau hati udah sreg, akal sehat bisa dikesampingkan,
hawa nafsu merangsek mengambil alih, hingga tak pelak berujung pada tindak
kemaksiatan.
Pernah baca atau mendengar kisah cinta Ali bin Abi Thalib
dan putri Rasulullah, Fatimah Az Zahra? Saking mereka saling menjaga hati satu
sama lain, dan saking rahasianya, syaitan pun sampai tak tahu bahwa Ali dan
Fatimah saling menaruh hati. Mereka hanya mendamba cinta sejati, yaitu yang
berlandaskan cinta karena-Nya semata. Hmm, so
sweet bangeet...
5.
Menjaga
Dengaran
Coba berdiam sejenak. Dengarkan suara sekeliling kita
menjelang subuh. Sayup-sayup adzan, angin yang sejuk berdesir, cericit burung.
Semua itu membuat kita bersyukur akan karunia Allah berupa pendengaran. Dengan
telinga, kita menikmati keindahan suara itu dan menimbulkan persepsi positif.
Bagaimna kalau tiba-tiba terdengar suara Prang!! Suara piring pecah yang
mengacaukan suasana. Kitapun terkejut dan secara otomatis timbul persepsi
negatif. Iya kan?
Suara dan bunyi ditangkap oleh daun telinga, merambat
terus hingga menuju telinga dalam, melaju terus hingga Area Brodmann 41-42 yang
dikenal dengan primary auditory cortex. Area inilah yang sangat
berperan dalam proses mendengar, di antaranya musik dan bahasa ( Kitab Cinta dan Patah Hati, hal. 89)
Wah dahsyat banget kan kinerja telinga kita?
Yuk kita intip firman Allah di Quran Surat Al Isra:36.
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai
pertanggungjawaban.”
So, selama berpuasa hukumnya fardhu ‘ain lho untuk menjaga dengaran. Maksudnya menyeleksi
apa-apa yang sebaiknya kita dengar dan menimbulkan efek positif bagi hati,
akal, dan jiwa kita. Alih-alih mendengarkan musik nge-rock yang memekakkan
telinga dan membuat jantung serasa ditabuh, lebih oke dengerin nasihat /ceramah
keislaman. Bisa juga mendengarkan lantunan murattal. Selain bermanfaat sebagai tazkiyatun nafs (membersihkan jiwa),
bagus juga untuk menajamkan fikir serta murojaah
hafalan.
Kalau dengerin lagu-lagu cinta yang mellow, hati bisa terhanyut, tak bersemangat, dan apesnya bisa
mengurangi pahala kita, guys. Ya
iyalah, kalau gara-gara lagu cinta, pikiran kita mengembara tak tentu arah,
hati ikut melemah, dan akhirnya jatuh pada kelalaian. Ih, nggak mau kan?
Hmm, nasyid bisa jadi pilihan lho. Pilihlah nasyid yang
mengandung nasihat, motivasi, dan tetap mengingatkan kita pada-Nya. Kita bisa download, ngumpulin koleksi nasyid dari
CD audio atau MP3 sebagai playlist asyik
untuk mengiringi aktivitas kita terutama saat berpuasa.
Ssst, dengerin deh lirik nasyid ini.
Dengan satu perjuangan, satu arah tujuan
Di bawah rahmat Yang Esa, kita melangkah seiringan
Satu perjuangan...
Easy listening dan bikin semangat kan?
6.
Menjaga
Lisan
Lidah lebih tajam daripada silet. Kalau salah
menggunakannya, bisa-bisa melukai orang lain. Yang terluka bukan fisik, tetapi
luka hati. Luka fisik mudah hilang sedangkan luka hati akan membekas selamanya.
Hiks. Tentunya kita nggak mau kan itu terjadi, apalagi saat kondisi berpuasa.
Saking bahayanya fitnah lidah, Rasulullah berwasiat: jika ada seseorang yang
mengajak berbuat kemungkaran, katakan saja “aku sedang puasa”.
Rasulullah pun bersabda,”Barangsiapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaknya berbicara baik, atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ya, diam itu bernilai seperti emas dalam konteks
tertentu, yaitu daripada berbicara keburukan seperti ghibah, fitnah, mengolok-olok, bersumpah palsu, mengumpat, dan
berkata-kata kotor. Sungguh, Allah pernah berfirman bahwa Dia tidak membutuhkan
puasa dari seseorang yang lisannya tidak terjaga. Huwaa, sayang banget kan
pahala puasanya lenyap, digerogoti oleh lidah tak bertulang.
Oh iya, selain menjaga lisan di dunia nyata, penting juga
lho menjaga lisan di dunia maya. Seiring maraknya sosial media, sudah hampir
setiap orang mempunyai akun di jejaring sosial untuk terhubung dan
berkomunikasi dengan banyak orang. Lisan di dunia maya diwakili oleh ketik demi
ketik aksara. Apa yang kita tulis di wall
ataupun tweet kita, itulah ‘lisan’
kita. Walaupun nggak berhadap-hadapan secara langsung, kita harus punya etika
juga lho. Nggak pas deh rasanya, jika dalam keseharian kita sudah menjaga tutur
kata dan sikap, tapi giliran di dunia maya kita nyinyir. Menulis status/tweets pedas, menghujat,
merendahkan dan menyindir pihak lain. Entah sadar atau tidak, entah bertujuan
untuk kepuasan diri atau sekadar cari sensasi, alangkah baiknya yang kita tulis
di status/tweet/ komentar, adalah
hal-hal yang bermanfaat dan tidak menyakiti orang lain.
Sepakat kaan?
7.
Banyakin
doa yuk!
Saat hati sempit, saat masalah melanda, saat berpuasa,
bahkan saat dilimpahi kebahagiaan pun kita dianjurkan untuk banyak berdoa. Yup,
sejatinya berdoa itu senjatanya orang mukmin. Allah pun takkan mengecewakan
orang yang berdoa dan tak mengabaikannya sedikitpun. Bahkan Dia selalu
mendengar dan mengijabahnya. Dikabulkannya doa bisa menjelma dalam berbagai
bentuk. Bisa disegerakan permintaan kita, disimpan di akhirat, diganti dengan
yang lebih baik, dan dihindarkan kejahatan.
Salman Al Farisi mengatakan bahwa Nabi bersabda,
“Sesungguhnya Allah malu jika seorang telah mengangkat tangannya meminta
kebaikan, lalu ditolak dengan kecewa.” (HR Ahmad)
Nah, karena puasa itu melesatkan doa-doa, maka seringlah
berdoa meminta kepada-Nya. Mintalah didekatkan dengan kebaikan, dipermudah
melakukan kebaikan, diterima semua amal, dimudahkan semua urusan, keistiqomahan
dalam sabil-Nya, kecukupan rizki halal, terjaga dari dosa dan maksiat, dan
lain-lain.
Selain berdoa untuk kebaikan diri, alangkah baiknya kita
juga mendoakan orangtua, kerabat, saudara, tetangga, dan pemimpin dalam
kebaikan. Sebab malaikat juga akan mengamini dan doa itu kembali pada kita.
Siap kan, sob?
8.
Membersihkan
jiwa dengan istighfar dan dzikrullah
Tanpa disadari, kita selalu menumpuk dosa setiap hari.
Seperti menabung, sedikit demi sedikit, dosa menjadi bukit. Bukit dosa? Oh, no!
Padahal sekecil apapun, dosa tetap saja mengotori. Dosa wajib dibersihkan
secara berkala yaitu dengan istighfar.
Rasulullah bersabda, “Wahai manusia, bertaubatlah kamu
kepada Allah dan mintalah ampun (istighfar) kepadanya. Sesungguhnya aku sendiri
beristighfar dalam sehari seratus kali.” (HR Muslim)
Istighfar bisa dilakukan kapan saja. Bisa sehabis shalat,
saat menempuh perjalanan, bahkan setiap saat sembari mengingat dosa-dosa, baik
yang disengaja ataupun tidak.
Selain istighfar, ibadah utama adalah dzikrullah-mengingat Allah. Orang-oang
yang saat duduk, berjalan, dan berbaring dengan tetap mengingat-Nya, menjadi trending topic pembicaraan penduduk langit. Mereka memuja dan memuliakan
ahli dzikir. Allah pun selalu mengingatnya.
Sobat, dalam mendawamkan dzikir kadang kita merasa sangat
berat. Seolah kita disibukkan dengan urusan dunia yang nggak pernah kelar. Adaa
aja urusannya. Padahal kita tahu banget keutamaan dzikir dan beratnya timbangan
dzikir di akhirat. Sebagian dari kita berdalih bahwa konsisten dzikir saja
susah, apalagi menghadirkan hati. Nah, itulah tantangan kita, guys. At least, kita mencuri-curi waktu agar
bisa berdzikir. Apalagi saat puasa. Yakin deh kalau udah terbiasa, kita akan merasakan
kenikmatannya.
Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang beriman dan hati
menjadi tenteram karena mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’du: 28)
Suatu hari saya pernah tersentil saat menyaksikan video
kartun anak muslim. Di sana ada lirik lagu seperti ini:
Muslim itu slalu ingat Allah, dalam perkataan perbuatan
Bila memulai pekerjaan yang baik, maka ucapkan bismillah
Dan bila mengakhirinya, ucapkanlah alhamdulillah
Bila melihat pemandangan yang indah, maka ucapkan
subhanallah
Bila berbuat suatu kesalahan, yang diucap astaghfirullah
Itulah semua kalimat thayyibah, diucapkan di setiap
keadaan
Bila kita mengingat Allah
Allah akan mengingat kita...
So, yang diingat nggak cuma jadwal nonton bola, acara
televisi, atau gadis cantik adik kelas ya, hehehe.
Daaan, ini nih yang bikin kita merinding. Ya, saat
membayangkan hari yang sangat berat di Padang Mahsyar. Ketika matahari
didekatkan di atas ubun-ubun. Ketika
tubuh gemetaran menanti keputusan. Ketika malu menenggelamkan para pendosa
dalam keringatnya sendiri, maka ada 1 di antara 7 golongan yang akan dilindungi
Allah pada hari yang tiada perlindungan selain-Nya. Siapakah dia? Dialah orang
yang berdzikir kepada-Nya di kala sendirian hingga kedua matanya mencucurkan
air mata (HR Bukhari, Muslim, At Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ahmad)
Allahu Akbar! Semoga kita semua termasuk golongan umat
ahli dzikir. Aamiin.
9.
Berakrab
ria dengan Al Qur’an
Rasulullah saw diutus-Nya ke muka bumi dengan misi
memperbaiki akhlak yaitu akhlakul karimah.
Ketika ‘Aisyah ra ditanya, “Bagaimana pendapat anda tentang Rasulullah?”
‘Aisyah pun menjawab, “Dia adalah Al Qur’an.” Ya,Rasulullah bagaikan Al Qur’an
yang berjalan. Itu artinya akhlaknya sebagus dan sesempurna Al Qur’an.
“Kami tidak menurunan Al Qur’an kepadamu agar kamu
menjadi susah.” (Thaha: 2). Namun, Al Qur’an adalah rujukan utama, sumber
inspirasi, hikmah, ketenangan, dan penuntun langkah kita ke jalan yang lurus.
Dr. Aidh Al-Qarni menyampaikan nasihat indah untuk kita.
“Dekatlah selalu dengan Al Qur’an, baik dengan menghafalnya, membacanya,
mendengarnya, atau memahami ayat-ayatnya. Sebab itu merupakan terapi paling
mujarab untuk menghilangkan sedih dan cemas. (hal.70)
Di era modern saat ini, banyak jalan menuju Roma, eh
maksudnya banyak jalan untuk mendapat informasi dan mengkaji ilmu yang
bersumber dari Al Qur’an. Seiring maraknya aplikasi-aplikasi yang bisa diunduh
via gadget. Hal itu bisa kita ambil
manfaatnya. Misalnya dengan bergabung dalam komunitas ODOJ (one day one juz).
Selain memotivasi kita untuk selalu dekat dengan Al Qur’an, dalam grup ODOJ
bisa juga sharing ilmu, serta mendapatkan saudara-saudara seiman dengan visi
yang sama. So, punya gadget keren jangan cuma buat main game online ya. Hihi.
Fyuuh, alhamdulillah nggak kerasa 9 jurus sudah
dipaparkan di atas. Semoga bisa diambil manfaatnya ya. Capek? Boleh rehat
sebentar sembari kita bermuhasabah. Betapa ilmu Allah seluas samudera, bahwa
syari’at Allah yang paling sempurna, bahwa ampunan dan kasih sayang Allah tak
terbatas. Allah sangat memahami keterbatasan hamba-Nya sebab manusia memang tak
ada yang sempurna. Namun, perlu diingat bahwa manusia telah diamanahi-Nya
sebagai sang khalifah, pemakmur bumi, yang insya Allah mampu mengembannya di
pundak.
Semoga dengan rahmat dan cinta-Nya kita mampu
menyempurnakan rukun iman ketiga, dengan sebaik-baik amalan hingga mendapat
gelar takwa seperti yang Dia janjikan.
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (QS Al Baqarah: 183)
Semua kita semua dikategorikan-Nya sebagai hamba yang
memperoleh kemenangan. Aamiin yaa robbal ‘alamiin.
Referensi:
Yudisia, Sinta. 2013. Kitab
Cinta dan Patah Hati. Penerbit Indiva.
Asti, Badiatul Muchlisin. 2010. Para Pencuri Shalat. Penerbit Oase Qalbu.
Al Baidhani, Sanad bin Ali. Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Dr.
Aidh Al-Qarni. 2009. Jangan Bimbang (terj.). Penerbit Indiva.
*artikel ini diikutkan dalam kontes blog #THRRAMADHANSALE bersama shopee
*artikel ini diikutkan dalam kontes blog #THRRAMADHANSALE bersama shopee
Komentar