Langsung ke konten utama

Resensi :Cara Cerdas dan Bijak Menyikapi Problem Kehidupan



Judul Buku                  : Kepada Allah Aku Berserah
Penulis                         : Ririn Astutiningrum
Penerbit                       : Alifia Books (lini Penerbit Alvabet)
Cetakan                       : Pertama, Agustus 2019
Jumlah halaman          : 320 halaman
ISBN                           : 978-623-7163-05-3


             Kehidupan dunia adalah serupa kawah candradimuka. Setiap makhluk bernama manusia ditempa dengan berbagai cobaan dan ujian yang tiada habisnya. Mulai dari ujian keimanan, kekurangan harta, jiwa, makanan, ujian berupa sakit, ketidakpuasan terhadap keadaan, gesekan diri dengan orang lain dan masih banyak lagi jenisnya. Meski demikian, ujian yang menghampiri anak cucu Adam, tidak selalu berupa kesedihan dan duka lara. Kebahagiaan, kesuksesan, keindahan fisik, berlimpahnya materi, anak, kesehatan prima, juga merupakan bentuk lain dari ujian. Apakah dengannya manusia menjadi sombong dan lupa diri.
            Setiap ujian atau yang biasa disebut dengan masalah, akan melingkupi kehidupan manusia. Hanya saja kadarnya berbeda-beda antara orang yang satu dengan lainnya. Ada yang kuat memikul ujian berat, adapula yang lemah dan mudah putus asa. Ujian dari-Nya tidak pernah salah sasaran apalagi salah takaran. Semua sudah disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
            Ada seseorang, sebut saja Si Fulanah yang iri dengan kehidupan sahabatnya. Menurutnya, hidupnya susah, penuh masalah, dan tidak bahagia. Standar kebahagiaan versi Fulanah adalah keluarga bahagia, melimpahnya harta, suami yang royal, anak-anak yang pintar, dan traveling di akhir pekan. Fulanah jadi membandingkan ketidak-idealan hidupnya sehingga dia semakin terpuruk. Namun, si Fulanah sadar ketika sahabatnya itu juga memiliki masalah besar dalam keluarganya. Dia memahami bahwa hidup itu sawang sinawang (saling melihat satu sama lain)
            Tidak ada manusia yang tidak mendapat ujian. Jika kehidupan orang lain terlihat lebih sempurna, itu karena kita hanya melihat dari kejauhan. Ibarat permukaan air yang terlihat tenang, bukan berarti di dalamnya tidak ada binatang yang membahayakan, bukan? (hal. 149)
            Buku ini mengajak pembaca mengenali pola-pola ujian kehidupan beserta cara cerdas dan bijak menyikapinya. Penulis juga memberikan contoh ujian yang dialami oleh para generasi terdahulu sebagai inspirasi, sebab sejarah akan terus terulang hingga akhir zaman. Buku tersebut  menyuguhkan banyak hikmah, inspirasi, ilmu, dan semakin membuat kita bertambah keyakinan pada-Nya. Jika ujian menerpa dengan beraneka rupa, semoga kita lebih siap dengan amunisi: doa dan ikhtiar. Hasilnya kita serahkan sepenuhnya pada-Nya. Semoga rangkaian ujian membuat kita menjadi pribadi tangguh yang mampu mengarifi kehidupan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

Menghafal Qur’an beserta Artinya dengan Metode Al Jawarih

Assalamu'alaikum teman-teman, Menjadi ‘hafidz/hafidzah’ tentu impian dan harapan umat muslim ya. Kalaupun diri sudah tidak merasa mampu dan efektif untuk menjadi penghafal (mungkin karena faktor U hehe), tentunya kita berharap bahwa anak kita bisa menjadi hafidz/hafidzah. Aamiin. Dalam mewujudkan impian untuk ‘menjadikan’ anak salih salihah yang tak sekadar hafal qur’an, tetapi juga memiliki akhlak Al qur’an, artinya sebagai orangtua kita harus mengupayakan dengan doa dan ikhtiar yang panjang. Sebab tak ada cara instan. Semua membutuhkan proses. Saya sering menemukan dalam sebuah buku bahwa pendidikan anak dimulai dari saat pencarian jodoh. Sebab anak berhak untuk memiliki ayah dan ibu yang solih/ah dan cerdas. Baru setelah menikah dan terjadi kehamilan, pendidikan selanjutnya adalah di dalam kandungan. Setelah si bayi lahir, pendidikan itu terus berlangsung hingga meninggal. Never-ending-chain dalam belajar ya.   anak-anak tahfidz Al fatihah tasmi surat An Naba'