Keunikan Serabi Ngampin
Negeri
kita memang kaya akan keanekaragaman seni budaya, bahasa, adat istiadat, serta
kulinernya. Kuliner ini sangat beragam lagi jenisnya, mulai dari masakan tradisional,
minuman, kudapan, camilan, jajanan pasar, serta oleh-olehnya. Setiap daerah
memiliki cita rasa yang khas dan berbeda dengan daerah lain. Kue serabi,
contohnya. Di Solo kita mengenal Serabi Notosuman. Di Jawa Barat, kita tahu
Surabi Bandung. Adalagi Serabi Bali, Surabi Minang, Serabi Betawi, dan
lain-lain dengan kekhasan masing-masing.
Diantara sekian banyak jenis serabi, pernahkan mencoba uniknya
serabi Ngampin? Kuliner yang
berasal dari Desa Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang ini memang lain dari yang lain. Jika kebanyakan serabi dinikmati seperti kue
biasa, serabi ini biasa disantap bersama guyuran kuah santan panas yang disebut
juruh oleh masyarakat setempat.
Bentuk serabi Ngampin ini bundar gepeng dengan diameter sekitar 6-7 cm. Agak mirip pancake tetapi lebih tebal dan padat. Serabi ini menawarkan tiga pilihan warna yaitu
putih coklat, hijau, dan putih. Serabi coklat berasa gula jawa. Serabi hijau beraroma pandan. Sedangkan serabi putih rasanya gurih. Rasakan
sensasi legitnya serabi dipadu hangatnya juruh
beraroma pandan dan nangka. Biasanya penjual serabi menyediakan pula tape ketan
dan opak samiyer (opak dari singkong berbentuk bundar, lebar, dan tipis) serta
camilan seperti ceriping pisang, kembang goyang, dan keripik singkong.
Serabi Ngampin dijual di lapak-lapak kayu berukuran
kurang lebih 2 x 2 meter yang berjajar di sepanjang jalan utama Semarang–Yogyakarta.
Ada sekitar 60-an penjual yang menjajakan serabi Ngampin ini. Penjualnya pun
berada di sebelah dan kanan dan kiri jalan. Di masing-masing lapak, tertulis
nama penjual dan nomor urutnya.
Sembari duduk lesehan di atas tikar, pengunjung berkesempatan melihat
langsung proses serabi dari bentuk adonan cair hingga matang. Serabi ini
dibakar menggunakan anglo (wajan mungil
tebal dari tanah liat) di atas tungku berukuran mungil pula. Bahan bakarnya
adalah kayu bakar. Proses pembuatan yang tradisional tersebut menghasilkan
serabi dengan cita rasa yang gurih, lembut, dan khas. Setelah matang, penjual mengangkat
serabi menggunakan susruk tipis. Butuh keterampilan dan jam terbang agar serabi
yang lembut itu tetap utuh dan bentuknya bagus. Saya pernah iseng mencoba, dan
hasilnya ambyar alias serabi menjadi hancur. Hehe. Nah, setelah diangkat,
serabi itu dipajang di ‘etalase’ unik alias diletakkan secara bertumpuk di atas tampah yang
dialasi daun pisang. Agar tak terpapar debu kendaraan yang berlalu-lalang, serabi ditutup dengan plastik bening yang
berbentuk mengerucut ke atas karena diganjal sebilah kayu.
Cara menyantap serabi Ngampin ini ada dua versi. Bisa dimakan langsung tanpa kuah. Bisa pula disantap dengan guyuran kuah santan
panas. Cara kedua ini jauh lebih nikmat. Soal harga, tak perlu khawatir karena sangat
terjangkau. Satu mangkuk serabi kuah (biasanya terdapat 3-4 serabi di dalamnya) dibandrol dengan harga
6000 rupiah saja. Murah meriah,
lezat, dan mengenyangkan, bukan?
Sejarah Serabi Ngampin
Menurut cerita salah seorang penjual serabi yang
sudah sepuh, konon, sejarah kue gepeng ini berawal sejak tahun 1970-an dimana
tradisi malam sya’banan membudaya. Tradisi tersebut dilaksanakan selama tiga
hari yaitu tanggal 14 hingga 16 sya’ban setiap tahunnya dan merupakan bagian
dari kebahagiaan menyambut bulan Ramadhan. Tradisi sya’banan ini juga disebut
dengan tradisi serabinan sebab ditandai dengan banyaknya kue serabi yang dijual
selama hari tersebut. Dalam tradisi ini, ada mitos bahwa warga yang masih
lajang harus berjalan dari desa Ngampin menuju kali Condong di Desa Jambu, lalu
mandi di kali tersebut agar mudah mendapatkan jodoh.
Keuntungan yang lumayan selama tradisi tersebut
berlangsung, membuat warga berinisiatif untuk berjualan setiap hari. Sejak saat
itu serabi Ngampin dijajakan di sepanjang jalan raya Ngampin. Usaha kecil
menengah yang sudah terorganisir, membantu meningkatkan perekonomian warga.
Cara membuat Serabi Ngampin
Saya pernah wawancara singkat kepada salah seorang ibu penjual
serabi tentang resep pembuatannya. Beliau berbaik hati membagikan
langkah-langkah membuatnya. Bahan yang diperlukan adalah tepung beras, santan
kental, santan encer, gula jawa, sedikit garam. Pertama-tama, tepung beras
diuleni dengan santan kental dan sedikit garam. Kemudian tambahkan sedikit air
mendidih, lalu tuangkan santan encer. Untuk mendapatkan adonan warna coklat,
pisahkan santan kental yang telah diberi santan, ke dalam mangkok tersendiri, lalu
diberi irisan gula jawa. Aduk hingga merata. Langkah selanjutnya, panaskan
tungku dan wajan, lalu tuang di atasnya. Adonan warna putih dahulu yang
dituang, lalu tutup. Setelah adonan setengah matang, baru tambahkan cairan
coklat atau hijau. Anglo ditutup kembali dan tunggu sampai serabi matang
sempurna. Untuk mendeteksi apakah serabi sudah matang atau belum, bisa dites
memakai tusuk gigi. Kalau serabi tidak lengket, artinya sudah matang. Angkat
serabinya menggunakan susruk.
Hati-hati ya agar tidak hancur.
Untuk membuat juruh, rebus gula jawa dan santan hingga mendidih. Tambahkan
seikat daun pandan dan irisan nangka agar rasa dan aromanya semakin menggugah
selera. Selamat mencoba.
Rute menuju lokasi
Jika kita dari arah Semarang, setelah terminal Bawen, akan bertemu
pertigaan lampu merah. Ambil jalur lurus saja. Bukan yang ke kiri karena rute
itu lewat Jalan Lingkar Ambarawa (JLA). Kurang lebih dua kilometer, nantinya
akan melewati Pasar Projo, kemudian Monumen Palagan Ambarawa, dan masih lurus
sekitar 2 kilometer lagi. Nah, setelah sampai desa Ngampin Ambarawa, banyak
berjajar kedai-kedai kecil di kanan kiri jalan.
Jika kita dari arah Yogyakarta dan Magelang dan hendak menuju ke
Semarang, rutenya cukup mudah. Setelah melewati Kopi Eva di Bedono, lurus
sekitar 10 kilometer sampai perempatan SPBU Ngampin, lurus saja sekitar 300
meter, akan menemukan kedai serabi Ngampin.
Di hari-hari biasa para penjual mulai menggelar lapaknya pada pukul
9 pagi dan tutup pukul 5 sore. Namun, ada juga penjual yang masih buka sampai
malam terutama saat akhir pekan. Selain nikmat disantap di tempat, serabi
Ngampin ini juga bisa dibungkus untuk buah tangan. Sayangnya, harus dikonsumi
di hari yang sama agar tidak basi.
Selamat mencoba kuliner tradisional yang semakin terkenal ini.
Artikel ini disertakan dalam lomba blog bertema Ini Kebanggaan
Kotaku yang diselenggarakan oleh Universitas Esa Unggul. Untuk informasi
pendaftaran bisa di sini.
#inikotaku
#esaunggul
Komentar