Milad Yayasan Mutiara Hati ke-16 dan Talk Show Parenting 'Keluarga Penuh Cinta untuk Generasi Qur'an'
Bismillahirahmanirrahiim...
Alhamdulillah hari ini Sabtu, 16 Desember 2023, yayasan Mutiara Hati punya gawe. Yaitu milad 16 tahun yayasan Mutiara Hati dan talkshow parenting dengan Tema 'Keluarga Penuh Cinta untuk Generasi Qur'an' sekaligus penyerahan LHB semester 1. Acara yang diselenggarakan di gedung IBI Jateng ini sungguh meriah karena diikuti oleh PAUD, SD, dan SMP Mutiara Hati.
Acara diawali dengan doa bersama, sambutan-sambutan, tasmi dan saritilawah, pemotongan tumpeng dan dilanjutkan acara inti.
Pembicara pada acara ini adalah ustadzah Muntafingah, ustadzah Dyah Rachmawati dan ustadz Iskandar Dzulkarnain. Acara talk show ini dimoderatori oleh ustadzah Sri Hesti Wahyuningsih.
Ustadzah Muntafingah mengambil topik 'menjadi sahabat anak menuju baligh'. Sebagai ibu dari 3 orang putra putri yang sudah baligh, beliau memotivasi para orangtua untuk terus belajar menjadi orangtua. Beberapa poin penting adalah:
1. fokus pada perintah Allah Subhanahu wata'ala.
2. Mengkondisikan anak agar taat dan berbuat kebaikan. Juga bersegera melakukan kebaikan, dimulai dari hal kecil seperti menata sandal di masjid.
3. Pentingnya keteladanan. Yaitu memberi contoh langsung. Misalnya saat tiba waktu shalat, ajak anak langsung mengambil air wudhu, jika tidak juga bergerak, gandeng tangan anak menuju tempat wudhu. Jadi tidak efektif kalau hanya menyuruh saja sementara orangtua tidak memberikan contoh langsung.
4. Setiap hari harus membaca Al Qur'an dan harus meluangkan waktu untuk Al Qur'an. Setiap keluarga memiliki pola yang rutin untuk tilawah bersama. Misalnya setiap bakda subuh atau bakda magrib.
5. Awasi penggunaan gadget. Jika anak meminjam ponsel orangtua, misalnya. Tanya dahulu untuk apa tujuan meminjam ponsel. Jika untuk belajar, mencari informasi/ googling, izinkan dan awasi agar bijak menggunakannya sesuai kebutuhan.
6. Sounding di momen yang tepat dan biasa berkomunikasi intensif dengan anak. Misalnya jika anak mau ikut kita ke sebuah acara. Maka berikan gambaran acaranya, durasi waktunya, apa saja yang perlu dibawa agar tidak bosan misalnya makanan, mainan, atau yang lain asal tidak ponsel. Kemudian jika anak berbuat kurang baik, maka ajak dialog pelan pelan malam hari menjelang tidur.
7. Jika anak abege curhat, maka simak dengan santai dan bangun dialog tanpa menghakimi. Pancing anak untuk bercerita dan apresiasi jika ada kebaikan yang ia lakukan. Jika komunikasi dan saling percaya terbangun, maka orangtua bisa 'masuk' ke dalam perintah puasa untuk anak yang terinfeksi virus 'merah jambu'. Puasa agar menundukkan pandangan dan syahwat.
Maasyaa Allah...semoga kita bisa menerapkan pengalaman ustadzah muntafingah tersebut kepada anak anak kita, yaitu menjadikan anak abege kita sebagai sahabat.
Pembicara yang kedua adalah ustadzah Dyah Rachmawati. Beliau mengambil topik tentang proses pembentukan keluarga. Bahwasanya hidup adalah sebuah proses yang terus menerus. Allah ingin melihat bagaimana proses kita dalam kehidupan.
Ada 4 karakter yang harus dijaga oleh seorang mukmin:
a. Ketaatan
Dengan ketaatan, menjadi sebab turunnya Rahmat Allah. Rahmat itulah menjadikan hidup kita terasa lapang, mudah, dan bahagia meski diuji.
b. Berwajah berseri
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu" (H.R Timidzi)
Senyum menunjukkan keimanan. Manusia diliputi aura. Jika aura bersih, ia akan memancarkan energi positif. Sebaliknya jika aura kotor/ hitam, akan memancarkan energi negatif. Salah satu yang membuat aura hitam/ gelap adalah zina. Nauzubillahi mindzalik.
Maka, dua hal yang membuat manusia selamat adalah penjagaan terhadap dua hal: lisan dan kemaluan.
c. Berbicara yang baik
Hal tersebut akan membuat garis keberuntungan. Lisan digunakan untuk membaca Al Qur'an dan senantiasa berdzikir, serta berekspresi syukur. Sabar terhadap proses.
d. Suka menolong/ beramal
Juga akan membuat garis keberuntungan. Bersungguh-sungguh dalam amal kebaikan, peduli dan mau menolong orang lain, maka Allah mempermudah dan melapangkan hidup kita.
Aamiin aamiin yaa Rabbal alamiin.
Pembicara ketiga adalah ustadz Iskandar Dzulkarnain. Beliau mengambil topik tentang peran ayah dalam membentuk keluarga qur'ani.
Doa inilah yang sering kita hafal dan sering kita langitkan:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa) (QS. Al Furqon:74)
Yang dimaksud dengan qurrota 'ayun menurut ulama tafsir adalah orang yang taat kepada Allah, menyembah Allah (mentauhidkan Allah) dan tidak melakukan kesyirikan.
Nasehat2 ini terinspirasi dari Luqman, seorang tukang kayu yang diberikan hikmah oleh Allah hingga ilmu parenting Luqman diabadikan Allah dalam Al Qur'an.
Langkah2 untuk menjadikan anak anak kita qurrota ayun:
a. Nasehat yang lembut dari hati ke hati (deep talk).
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Luqman: 13).
Pondasi awal yang ditanamkan Luqman kepada anaknya adalah menumbuhkan tauhid yang benar dan akidah yang lurus.
Laa tusyrik billah. Janganlah mempersekutukan Allah dengan apapun.
b. Dengan cinta, kenalkan anak dengan ibadah yang wajib dahulu (fardhu 'ain).
Allah Ta’ala berfirman,
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Luqman: 17).
Poin pokok dalam ayat tersebut: mendirikan shalat, amar makruf nahi mungkar, dan bersabar.
c. Ayah menjadi qudwah (panutan)
Sebisa mungkin anak nge-fans sama ayahnya sendiri. Tidak perlu mencari teladan fiktif yang tidak ada di dunia nyata (Spiderman, Superman dll). Bahkan di sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah Radhiyallahu Anhu, Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya dari pada ia menshadaqahkan (setiap hari) satu sha’.” (H.R Tirmidzi)
d. Menjaga intelektualitas (khifdul 'aql)
Ada lima hal yang harus dijaga oleh seorang mukmin yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Menjaga akal yang lurus fitrahnya, tidak tergelincir fitrahnya, dan terus dikembangkan. Terinspirasi dari surah Al 'Alaq yaitu iqro bismirobbikalladzi kholaq. Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Maka bacalah bacaan yang baik, yang menambah keimanan dan kecerdasan. Sebagaimana tujuan belajar adalah meninggikan kalimat Allah dan menebarkan manfaat bagi umat.
e. Akhlak dan adab
Perbedaannya adalah, jika akhlak adalah syaiun Fitri atau sudah fitrahnya. Sedangkan adab adalah syaiun kasbi atau harus diajarkan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqon: 63)
Agar terhindar dari kesombongan, maka biasa saja dalam berjalan serta merendahkan suara. Sebab seburuk-buruk suara adalah suara himar (keledai).
f. Kejujuran
Jangan sampai seorang anak berbohong pada orangtuanya. Tanamkan kepada anak bahwa setiap biji sawi kebaikan atau keburukan, ada hisabnya.
g. Mencintai Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagai Uswatun Hasanah.
Kewajiban kita terhadap Rasulullah adalah mentaati perintah Rasulullah, membenarkan perkataan Rasulullah, meninggalkan yang dilarang Rasulullah, menyembah Allah dengan wasilah syariat Rasulullah, mencintai Rasulullah, menolong Rasulullah, bersholawat kepada Rasulullah, menjadikan Rasulullah sebagai panutan utama, serta mencintai Al Qur'an.
Mari kita mengambil ibrah yang berhubungan dengan ilmu parenting dalam Al Qur'an surah Al Kahfi: 82.
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّك
Artinya :” Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”.
Ayat tersebut mengisahkan tentang perjalanan nabi Musa alaihissalam dan nabi Khidir alaihissalam. Nabi Khidir membangun kembali tembok rumah yang roboh dan tidak meminta imbalan. Ternyata rumah itu milik dua anak yatim yang dijaga oleh Allah karena kesalihan ayahnya (wakaana abuhuma sholiha)
Maasyaa Allah.
Alhamdulillahi bini'matihii tathimussolihaat
Kami mendapat ilmu, hikmah, nasehat dan pengingat untuk meng-update, me-refresh kembali ilmu parenting kita.
jazakumullah Khairan kepada para pembicara atas ilmunya dan yayasan Mutiara Hati yang memfasilitasi wali murid untuk belajar. Semoga Allah bimbing selalu para orangtua dimanapun berada, agar menjadi orangtua solih solihah dan mencetak generasi yang bertauhid, bertaqwa, berakhlak mulia, berkualitas dan berdaya saing. Aamiin aamiin yaa Rabbal alamiin.
Note:
Apabila ada koreksi, bisa tulis di kolom komentar. Jazaakumullahu Khairan.
Komentar